Beberapa hari kemudian, Zhahir mulai merasa lebih baik. Luka tembak di bahunya masih terasa nyeri, tapi kesadarannya sudah pulih sepenuhnya.
Zhahir menatap sekeliling ruangannya dengan penuh rasa ingin tahu. Matanya tertuju pada sebuah alat yang tergantung di dekat ranjangnya.
"Mira, itu apaan sih? Kayak makhluk kecil yang lagi ngawasin ku."
Mira tertawa kecil. "Itu namanya 'helper'. Fungsinya buat ngukur detak jantung sama tekanan darah kamu."
"Helper? Jadi dia asisten pribadi ku sekarang? Apa dia bisa di ajak bicara?"
"Belum bisa, tapi dia bisa kasih tahu dokter kalau kondisi kamu lagi enggak baik."
Zhahir mengangguk-angguk paham, lalu matanya tertuju pada infus yang menempel di tangannya.
"Terus, ini apaan lagi? Kayak benang besar?."
"Itu infus, Zhahir. Isinya cairan nutrisi buat kamu."
"Cairan nutrisi? Jadi, aku lagi disiram sama vitamin, gitu?, banyak sekali benda yang mempunyai kekuatan mistis di sini."
Mira hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum.