Zhahir: "Surat itu berisi apa?"
Penjahat: "Saya tidak tahu persis isinya. Yang saya tahu, setelah membaca surat itu, Kal menjadi sangat berambisi untuk menguasai dunia."
Zhahir terlihat sangat terkejut dan khawatir setelah mendengar informasi itu.
Zhahir: dengan suara gemetar "Gajah Mada... tidak mungkin..."
Zhahir tiba-tiba berdiri dan berlari keluar dari ruangan interogasi.
Mira: "Zhahir!"
Mira bergegas menyusul Zhahir, meninggalkan Anya dan detektif yang bingung.
Anya: "Ada apa dengan Zhahir?"
Detektif: "Saya juga tidak tahu. Mungkin ada sesuatu yang membuatnya sangat terkejut."
Di luar kantor polisi
Mira menemukan Zhahir sedang berjalan mondar-mandir di trotoar.
Mira: "Zhahir, tunggu! Ada apa denganmu?"
Zhahir: dengan suara bergetar "Mira, aku... aku tidak tahu harus bagaimana. Aku sangat takut."
Mira: "Takut? Kenapa?"
Zhahir: "Kal... dia bukan hanya orang biasa. Dia keturunan dari Gajah Mada. Dia bisa melakukan apa saja."
Mira: "Tenanglah. Kita akan mencari tahu semuanya. Kita tidak akan membiarkan Kal berbuat sesuka hati."
Zhahir: bergumam dalam hati "Yang aku takutkan bukan Kal, tapi Gajah mada."
Mira: "Kita akan menghadapi ini bersama-sama."
Mereka berdua saling memandang, tekad mereka untuk menghentikan Kal semakin kuat.
Beberapa minggu kemudian...
Zhahir terlihat murung. Ia sering melamun, matanya menatap kosong ke satu titik. Mira yang memperhatikan perubahan sikap Zhahir merasa tidak nyaman.
"Zhahir, ada apa denganmu? Sepertinya kamu banyak pikiran." tanya Mira lembut.
Zhahir tersenyum tipis, "Tidak ada apa-apa, Mira. Hanya sedikit lelah saja."
Mira tidak percaya begitu saja. Ia tahu ada sesuatu yang disembunyikan Zhahir. Namun, Zhahir terus menghindar.
Beberapa minggu berlalu, dan kabar tentang Kal pun tak kunjung terdengar.
"Aku sudah menanyakan ke polisi," ujar Anya, "Katanya, Kal sudah ditangkap dan dijebloskan ke penjara."
Kemudian anya bercerita bagaimana proses penangkapan Kal oleh polisi
Zhahir, Mira, dan Anya saling pandang. Mereka merasa lega. Akhirnya, ancaman dari Kal sudah berakhir.