Besok harinya saat Yani ada di restoran ia melihat mencari Yogi. Mulai dari di luar restoran sampai di dalam restoran. Yani tidak melihat adanya Yogi. Mungkin Yogi memang belum berangkat atau keadaan ibunya parah sampai ia tidak sempat berangkat. Yani sedih tidak bisa bertemu dengan Yogi. Yani terlalu memikirkan Yogi sampai tidak sadar ada Bambang di belakangnya. Bambang mengagetkan Yani dengan menepuk bahunya. “Hayo!”
Yani berbalik, “Bambang, bikin kaget saja.”
Bambang melirik ruangan Yogi, “Kamu kenapa ke sini?”
Yani mendadak gelagapan. “Oh... Itu..” Alasan apa ya yang bisa ia gunakan agar Bambang tidak curiga kalau Yani sedang mencari Yogi. “Ehmm cuma menggerakkan kaki saja, sambil menyapa semua orang.”
Bambang mengkerutkan keningnya lalu tersenyum. “Oh begitu,” Bambang mengeluarkan tangan kanannya yang disembunyikan di belakang. “Kamu sudah sarapan belum? Ini aku bawakan roti sisir kalau kamu belum sempat sarapan. Jangan sampai kaya kemarin.” Bambang memberikan roti itu kepada Yani.
Yani menerima roti sisir pemberian Bambang dengan bingung.”Aku tadi sudah sarapan sih. Terima kasih rotinya. Tapi,” Mata Yani membelalak, “Dari mana kamu tahu kemarin aku belum sarapan?”
Bambang tertawa, “Tentu saja aku tahu, kamu terlihat lemas bahkan sampai memecahkan botol madu. Wajahmu terlihat pucat lagi, makanya waktu itu aku beli roti gambang dari orang yang jual...”
“Tunggu,” Yani memotong pembicaraan, “Kamu yang beli roti itu?”
“Iya, aku waktu itu tahu kamu sedang lapar terus ada yang jual roti terus aku beli. Tapi saat mau kasih ke kamu, Yogi bilang biar dia saja yang memberikan ke kamu soalnya restoran sedang ramai.” Bambang menjelaskan, sedangkan Yani hanya diam sambil melihat roti yang ada di tangannya. “Aku tadi mau beli roti gambang, tapi kata abang yang jual sudah habis. Kamu suka roti sisir?”
Yani tersadar dari lamunannya. “Iya, aku suka kok. Terima kasih ya. Aku ke depan dulu.” Yani buru-buru meninggalkan Bambang.
***
“Yan,” Ucap Risa, terlihat wajahnya sangat bingung. “Aku akan cuti dalam satu minggu.”
“Kok lama sekali, ada apa Ris?”
“Aku akan menikah.” Jawab Risa, tapi tidak ada rasa gembira di wajahnya sama sekali.