Yani masuk ke dalam kontrakan, namun ia tidak menemukan siapapun. Yani langsung bergegas untuk mandi. Ia ingin menyegarkan dirinya. Rasanya lelah sekali. Pelanggan yang tadi menawar dengan ketat, tidak sedikit juga yang mengusirnya dengan kasar. Belum lagi gajinya akan dipotong karena kemarin tidak sengaja menumpahkan botol madu. Selain itu dua fakta yang ia dapatkan hari ini. Tunggu, soal roti bukan masalah yang besar. Tapi Yani masih penasaran dengan kebenaran akan kecelakaan Ibunya Yogi, ia belum mendapatkan jawaban pasti tentang itu. Ah, belum lagi tentang pernikahan Risa. Risa memang tidak mengadakan pesta dan tidak mengundangnya, tapi Yani bisa memberikannya hadiah pernikahan. Lagi pula tiga hari lagi ia gajian.
Saat Yani selesai mandi, ia berpapasan dengan Esti yang hendak masuk ke kamarnya. “Baru pulang Ti?”
Esti mengangguk, di tangannya ia membawa bungkusan. “Aku bawa gorengan. Nanti kita makan bareng ya mbak. Aku mandi dulu.”
“Ya sudah, aku masak nasi dulu.” Yani kemudian bergegas masak nasi. Yani dan Esti sudah sepakat sejak awal mereka lebih baik memasak nasi sendiri dan lauknya beli. Tapi saat hari libur mereka akan masak bersama. Hitung-hitung mengirit pengeluaran.
Esti sudah selesai mandi, lalu duduk di meja makan bersama Yani yang sedang menunggu nasi matang. “Ti, mau beli sayur apa? Biar aku yang beli.”
“Tidak usah mbak, tadi aku sudah beli sayur kangkung. Bagaimana kalau mbak Yani membuat sambel.” Esti kemudian mengambil cabai yang ada di gorengan. “Ini ada cabai tambahan, sisa cabai kita gak terlalu banyak.” Yani mengambil cabai yang diberikan oleh Esti dan langsung membuat sambal.
Setelah selesai membuat sambal, tepat saat itu nasinya matang. Yani langsung menambil piring untuknya dan Esti. Serta mengambil nasi untuk keduanya. Melihat Yani yang kesusahan membawa dua piring nasi dan cobek berisi sambal. Esti langsung membantu membawakan cobek. Mereka berdua mulai makan dengan nasi, sayur kangkung, gorengan dan sambal. Mereka sangat menikmati makanannya sampai tidak ada yang bicara. Mereka sangat lapar sehingga keduanya juga menambah nasi,. Makanan malam ini membuat mereka bahagia.
“Kamu beli di mana gorengannya Ti? Enak.”
Esti tersenyum, “Sebenarnya bukan aku yang beli mbak. Itu aku dibeliin.” Esti masih tersenyum, “Sayurnya juga.”
“Siapa yang membelikan?” Yani menggoda Esti, nampaknya dia sedang kasmaran. Seperti Yani Kemarin.
“Aditya,” Esti masih juga tersenyum malu.
“Jadi kemarin kamu pergi dengan Aditya?” Yani menebak.
“Mbak kok tahu kalau kemarin aku pergi?” Mata Esti membelalak.