Malam ini seperti biasa, bumi berselimut gelap serta dingin. Suara samar lantunan Al Quran terdengar saling bersahutan dari dalam kamar-kamar santri. Besok subuh jadwalnya setoran hafalan Al Quran, malam ini mereka kencang melakukan murojaah⁵ agar esok lancar saat melakukan setoran. Alam, Wicak, Adim dan Victor memutuskan untuk murojaah di gazebo dekat dengan kolam ikan pesantren. Suara jangkrik pun tidak kalah ribut meramaikan kegiatan murojaah itu.
“Kunang-kunangnya banyak banget, nggak kaya biasanya,” gumam Alam di sela waktu murojaahnya.
“Berarti udah mau musim panas atau kemarau,” sahut Adim.
“Di Kota nggak ada kunang-kunang ya?” tanya Victor.
“Nggak ada, ngeliat bintang juga susah, kunang-kunang nggak ada, jangkrik, belalang, capung udah pada nggak ada. Kalau kecoak banyak,” jawab Alam sambil memandang serangga kelap-kelip itu.
“Berarti kalau malem sepi dong,” tanya Wicak.
“Ya nggak juga, kalau rumah deket jalan, malem-malem masih rame suara motor ... belum lagi suara kafe-kafe yang suka ada musiknya,” jawab Alam.
"Besok ki kebagian setoran sama Kyai Hasan kan?" tanya Victor.
"Iya ... santri kelas 2 SMA sama Kyai Hasan, yang lain sama Kyai dari kota," jawab Adim.
"Kyai yang dari kota kenapa nggak ikut tinggal di pesantren 24 jam ya," tanya Alam.
"Setauku beliau-beliau ini ngajar di boarding shool kota, sama ada juga yang punya rumah tahfidz, di Daarut Tauhid Kyai yang bacaan dan hafalannya bersanad⁶ itu cuma Kyai Hasan, makanya pondok itu ngambil beberapa Kyai dai luar buat bantu ngajar di sini," terang Adim.
"Berarti Kyai yang nyimak bacaan bacaan Al Quran di sini brijazah sanad semua?" tanya Alam.
"Iya, tapi untuk yang dari pesantren ini, cuma Kyai Hasan yang punya ijazah sanad makanya diambil Kyai dari luar," jawab Adim.