Pintu kamar terbuka menimbulkan bunyi khasnya, satu persatu santri masuk dan merebahkan tubuhnya. Alam meletakan Kitab Tafsir Jalalain yang baru saja menjadi materi pelajaran mereka ke almari. Tiba-tiba terdengar bunyi gedubrak dari arah pintu, terlihat Victor yang mencengkeram daun pintu kamar agar tubuhnya tidak terjatuh.
“Vic ... kumpulin dulu nyawanya baru jalan,” ucap Adim.
“Ada yang punya air putih nggak? Males mau jalan ke kamar mandi,” tanya Victor.
“Tuh ada,” ucap Hanif sambil menunjuk botol besar di atas almarinya.
“Minta ya ... makasih,” ujar Victor.
Victor mengambil botol tersebut kemudian keluar dari kamar untuk membasuh mukanya. Kantuknya sedikit hilang setelah air dingin itu menyentuh permukaan kulitnya. Victor pun kembali masuk ke kamarnya.
“Cak ... tolong liat yang ayat 24 awal tadi dong, di awal ayat aku ketiduran kayaknya ... ini masih kosong,” ucap Victor sambil mengangkat Kitab Tafsir Jalalain di tangannya.
“Bisa-bisanya pelajaran Kyai Hasan malah ketiduran ... untung nggak ketahuan,” ucap Wicak.
“Kyai Hasan itu yang paling killer di sini ya?” tanya Alam.
“Ya bisa dibilang gitu lah, beliau itu tegas banget, mukanya lempeng, ketahuan salah langsung hukum,” jelas Adim.
“Sini Vic, yang ayat 23 udah paham apa ketinggalan juga?” ucap Wicak setelah mengambil kitabnya.
“Udah paham yang 23, Cuma awalan 24 yang tadi tiba-tiba ketiduran,” ucap Victor.
“Kan ayatnya fa il lam taf’alû wa lan taf’alû fattaqun-nârallatî waqûduhan-nâsu wal-hijâratu u’iddat lil-káfirîn,” ucap Wicak.
“He em,” sahut Victor.
“Fa il lam taf’alu ... mâ dzukira li ajzikum. Fa il lam taf’alu dan apabila tidak mampu mengerjakan ... tidak mampu apa? Mâ dzukira terhadap apa yang disebut ... ya di sebut di ayat sebelumnya ... li ajzikum karena lemah atau ketidakmampuannya,” terang Wicak perlahan.
Wicak menerangkan sepotong materi tadi dengan perlahan sambil memastikan bahwa Victor paham apa yang dia jelaskan. Victor menyimak dengan baik sambil mencoret-coret kitab tafsir yang dia pangku. Sesekali Wicak menanyakan shighat⁷ dari salah satu kata di materi tersebut untuk mengetes apakah Victor benar-benar paham atau tidak. Setelah menyelesaikan satu ayat tersebut, Victor berterima kasih dan meletakan kitabnya itu di almari. Dia merebahkan tubuhnya sambil menghela nafas.
“Kamu kurang tidur Vic, pas sekolah sama ngaji jadi ngantuk kan,” ucap Adim.
“Akhir-akhir ini kamu kaya sengaja tidur malem banget, tiap aku kebangun ... ngeliat kamu masih melek, kenapa Vic?” tanya Alam hati-hati.