Rante Aji

Arumdalu
Chapter #11

Rante Aji

Tiga hari setelah kedatangan Mbah Wirya, keadaan pesantren masih tetap kondusif hanya ada sedikit gangguan-gangguan kecil. Para santri tetap waspada dan terus berdzikir, mereka juga menghindari kegiatan yang sia-sia serta lebih mengencangkan ibadah. Namun keadaan malam ini berbeda, Kyai Abrar memandang area pesantren ... nampak lebih gelap atau redup dari hari-hari biasanya. Angin juga berembus cukup kencang dan dinginnya terasa berbeda. Firasat Kyai Abrar buruk, beliau langsung meminta para santri untuk berkumpul di dalam masjid. Di dalam masjid mereka berdzikir dan membaca Al Quran. Angin di luar sana semakin bertambah besar tiupannya. Suara lantunan Al Quran menggema dalam suasana mencekam. Seorang santri merasa penasaran dengan keadaan di luar, dia pun menoleh ke arah luar. Dan betapa kagetnya dia karena melihat sosok bayangan hitam dengan bentuk tubuh seperti manusia. Sosok bayangan itu berjejer rapat seolah membuat sebuah pagar.

“Astaghfirullah ... Kyai,” ucap santri tersebut sedikit terbata sambil menunjuk arah luar.

Kyai Abrar melihat keluar dan beristighfar, beliau melihat barisan bayangan itu. Kyai Abrar melihat halaman samping kanan dan kiri masjid melalui jendela. Ternyata bayangan hitam itu saling berjajar mengelilingi atau mengepung masjid ini. Samar-samar suara yang berasal dari para bayangan itu terdengar, semakin lama semakin jelas dan keras membuat para santri semakin kencang melantunkan ayat suci Al Quran.

“Jayastu ... Jayastu ... Jayastu ... ikut kamiii ... Jayastu ... Jayastu .... Jayastu ... ikut kami!” suara para bayangan itu semakin kencang.

Angin yang berembus juga sangat kencang hingga beberapa dahan pohon kering patah dan beterbangan. Lalu terlihat juga tiang maupun pohon-pohon bunga bergoyang kencang seakan ada gempa. Keadaan area pesantren begitu kacau. Sedangkan keadaan dalam masjid tersebut tetap tenang, sangat berbeda dengan keadaan di luar.

“JAYASTU ... IKUT KAMI! JAYASTU ... IKUT KAMI ....” Suara dari bayangan-bayangan itu semakin      keras, benar-benar seperti puluhan orang yang berteriak secara bersamaan.

“IKUT KAMI JAYASTU ... KAMU TIDAK INGIN PARA SANTRIMU MENJADI KORBAN BUKAN? JAYASTU ... IKUT KAMI! IKUT KAMI ATAU SEMUANYA AKAN MATI!” teriak bayangan- bayangan itu lagi.

Teriakan-teriakan itu terus terdengar. Beberapa santri sudah bergetar karena ketakutan. Kyai Haady menghampiri Kyai Abrar yang sedang berdiri.

“Abi,” panggil Kyai Haady.

“Jayastu Abi ... mereka memanggil nama saya, apa yang harus saya lakukan?” tanya Kyai Haady.

“Haady percayalah bahwa kita berada dalam lindungan Allah ... jangan biarkan perkataan makhluk-makhluk itu memanipulasi pikiranmu. Apa yang mereka katakan atau minta, abaikan! Jangan dengarkan suara-suara itu! Jangan pernah turuti apa pun perkataan setan!” tegas Kyai Abrar.

Jayastu adalah nama kecil Kyai Haady. Jantung Kyai Haady berdebar kencang saat mendengar panggilan nama Jayastu ditujukan kepada dirinya lagi setelah sekian tahun lamanya dia tidak mendengar pnggilan itu.

“RANTE AJI ... JAYASTU ... RANTE AJI ... IKUT KAMI!” teriakan itu terus terdengar.

“Rante aji?” gumam Kyai Haady.

“Kamu tau maksud rante aji Haady?” tanya Kyai Abrar.

“Saya seperti mengingat sesuatu tapi ingatan itu buram, Abi,” ujar Kyai Haady.

Kyai Abrar terdiam, lalu berjalan menghadap para santri.

“Semuanya ... tetap berada di dalam masjid. Masjid ini adalah rumah Allah ... tempat kita beribadah kepada-Nya. Percayalah bahwa Allah akan selalu melindungi kita. Abaikan saja semua suara-suara itu. Ingat! Allah Maha Besar .. Allah Maha Segalanya ... tidak ada zat di atas Allah. Allah Maha Pelindung hamba-Nya,” ujar Kyai Abrar dengan lantang untuk menguatkan hati para santrinya.

Kyai Hasan berjalan ke arah serambi masjid, lalu dengan lantang melafalkan ayat Al Quran yang beliau hafal. Melantunkan ayat-ayat ruqyah untuk melawan sosok-sosok di luar. Suara Kyai Hasan dan para santri semakin kencang bersamaan dengan angin kencang yang tidak bisa digambarkan seberapa kencangnya. Tiba-tiba Kyai Hasan mengumandangkan azan dengan sangat keras, setelah selesai mengumandangkan azan, beliau berteriak.

“TIDAK ADA KEKUASAAN YANG MELEBIHI KEKUASAAN ALLAH ... ALLAHU AKBAR!” teriak Kyai Hasan.

Lihat selengkapnya