“If … this is my last night with you ….”
–Lusiana
Sungainya tidak terlalu lebar, mungkin sekitar lima sampai enam meter, tetapi aliran airnya sangat deras. Ada bebatuan sungai yang dijajar tiga baris, sepertinya sengaja dibuat untuk menyeberang. Namun, tetap saja membuatku merinding, apalagi ada air terjun di sudut kanan yang siap mengantarkan siapa pun yang terbawa arus menuju lembah di bawahnya. Basir mengeluarkan gulungan tali layar dan mengikatnya di batang pohon pohon, kemudian ia jadi orang pertama yang menyeberang.
Basir menyeberanginya dengan mudah, tidak terpeleset sedikitpun. Hal itu membuatku merasa semangat dan ingin segera menyeberanginya. Sesampainya di seberang, Basir mengikat ujung tali lain ke batang pohon lainnya. Kini bebatuan yang digunakan untuk menyeberangi sungai pun memiliki satu tali layar yang bisa digunakan untuk berpegangan.
“Lady first,” tutur Kevin.
Aku langsung melangkah ke bebatuan sungai yang tingginya tidak rata, kedua tanganku berpegangan pada tali layar yang kuat. Dua meter di belakangku ada Vida yang juga mulai menyeberang, aku hanya menolehnya sebentar, karena tidak ingin salah langkah dan terpeleset. Beberapa batu kemudian akhirnya aku sampai di seberang menyusul Basir. Mudah.
Kini aku memperhatikan Vida. Di belakang Vida ada Kevin, dan di belakangnya lagi ada Ronal. Tangan Vida gemetaran memegangi tali, aku tahu ia takut. “Ayok, Vi! Sebentar lagi sampai, semangat!” seruku.
Tiba-tiba kaki kiri Vida terpeleset dari batu sungai yang tinggi, ia kehilangan keseimbangan dan megandalkan tali untuk menahan tubuhnya. Sontak aku menahan napas lantaran panik melihat hal itu. Dengan cepat Kevin memeluk pinggang Vida dan menjatuhkannya ke bebatuan sungai. Kini mereka berdua berbaring di bebatuan dengan posisi tubuh Kevin yang tertindih oleh Vida. Celana dan ransel Kevin basah kuyup karena sebagian tubuhnya masuk ke air.
Syukurlah, batinku. Jantungku nyaris copot menyimaknya. Kemudian Vida dan Kevin bangun lagi, mereka lanjut berjalan hingga akhirnya sampai di tempatku. Si Ronal terkekeh saat melangkah dari batu ke batu, ia tidak mengalami kesulitan apa pun hingga berhasil menyeberang.
“Aduh, gue kira bakalan mati!” gumam Vida, ia duduk di tanah dan memegangi sikunya. Mungkin terasa sakit karena membentur batu saat terjatuh.