RANUM

Nyarita
Chapter #2

KEINGINAN YANG TERTUNDA

Kali ini Ranum memang belum beruntung. Keinginan dia untuk melanjutkan kuliah harus terhenti. Tentu masalah ekonomi sudah menjadi masalah yang umum untuk sebagian alasan mengapa tidak melanjut kuliah. Meskipun, pandangan yang selalu menghujat Ranum bahwa dirinya terlalu berkhayal tinggi. Namun, hal itu tidak mengurungkan niatnya untuk tetap kuliah.

Kini Ranum bekerja sebagai Sales Promotion Girl. Mungkin, hanya itu pekerjaan yang dapat diraih untuk sekelas lulusan SMA sepertinya. Namun, untuk hal itu Ranum tetap bersyukur karena bisa membantu kedua orang tuanya memikul ekonomi yang semakin serat.

Tentu saja bukan Ranum namanya jika tak terlahir dengan anak yang cukup cerdik. Ranum selalu mencuri-curi waktu disela-sela pekerjaannya sebagai SPG yang harus stand by setiap saat. Dalam sling bag miliknya, Ranum tak pernah lupa untuk membawa buku-buku pelajaran untuk sekedar dia pelajari. Meskipun hanya bermodalkan buku seadanya dan buku-buku LKS yang diyakininya dapat membantu dia mendobrak pintu perguruan tinggi.

 “Ga, gue ke toilet dulu ya” pamit Ranum pada Ega rekan kerjanya. Ega seketika melirik Ranum yang tadinya sedang sibuk merapihkan meja yang berserakan dengan brosur-brosur yang akan dibagikan ke pelanggan.

“Mau boker atau mau molor?” Tanya Ega seketika kembali tangannya merapihkan brosur itu.

“Yaaah, Ega. Masa bilangnya gitu sih” Ranum pun mulai mengeluarkan jurus andalannya untuk merayu Ega. Bukannya tak mengizinkan, namun Ranum seringkali lupa waktu. Izin ke toilet sampai berjam-jam sampai sering kali bikin Ega ngomel.

Ranum memang tak ingin berbicara terus terang pada Ega. Tentu Ega tak tau mengenai niat Ranum yang masih ingin kuliah. Karena, jika hal itu diketahui Ega. Maka Ranum hanya akan dapat cacian dan ledekan dari Ega.

Ega mencap Ranum sebagai cewek pelor alias nempel molor. Padahal, hanya sebuah kebetulan waktu itu Ranum kepergok molor di toilet oleh Ega karena lebih dari dua jam keberadaannya tak kunjung muncul.

Namun Ega adalah teman yang cukup care dengan Ranum. Dibandingkan dengan SPG yang lain, Ranum hanya akrab dengan Ega yang punya sifat ngondek.

“Yaudah. Sana!” ucap Ega sedikit ngambek.

“Makasih” toel Ranum pada dagu Ega untuk sedikit menggodanya. Ega yang komat kamit mengikuti kata-kata Ranum yang dianggapnya sebagai tipu muslihatnya.

Sudah hampir setahun persahabatan mereka terjalin. Mengadu nasib hanya sebagai pegawai SPG yang pasrah jika mendapat beberapa kali cacian bahkan tolakan secara kasar dari pelanggan.

Matanya celingukan, tandanya dia sedang awas takut ada orang yang melihatnya berjalan ke arah loker. Setelah dipastikan tidak ada orang, kemudian Ranum membuka lokernya dan diraihnya sebuah buku yang berisi tentang contoh soal-soal masuk perguruan tinggi.

Ranum mengusap pelan buku itu dan mendekapnya di dadanya. Buku yang sudah dia anggap sebagai cahaya untuk menyongsong masa depan yang kian membaik. Dengan pasti, lalu Ranum kembali menutup loker tentu dengan mata yang celingukan.

Ranum segera berlari kecil ke arah toilet. Ranum selalu memilih toilet di pojokan. Mungkin, dirasa hal itu akan membuatnya berkonsentrasi dengan pelajaran yang akan dia pelajari.

Kali ini dia membuka buku pelajaran dengan halaman yang sudah dilipat sebelumnya. Itu adalah sebuah tanda bahwa halaman mana yang akan dia pelajari selanjutnya. Dia baca setiap detail halamannya dengan telunjuk yang awas agar tak ada satu kalimatpun yang dia lewatkan untuk dia baca.

Tahun ini adalah tahun memasuki ajaran baru, itu tandanya tahun ini Ranum akan mencoba kembali tes masuk ke perguruan tinggi yang sempat membuat dirinya kecewa karena tidak lolos. Ranum hanya bisa mengandalkan beasiswa, tak ada yang dapat dia kejar selain itu. Mengingat, biaya kuliah yang membutuhkan biaya yang tak sedikit.  

Janjinya pada Ega yang hanya akan kembali dalam waktu tiga puluh menit akhirnya Ranum tepati. Dia melipat bagian kertas yang sudah dia baca untuk dilanjutkan di hari esok.

Ranum keluar dari dalam toilet terpojok itu. Ranum sedikit merapihkan bajunya dan memberikan polesan make-up di wajahnya. Tentu saja hal ini adalah tuntutan dari pihak perusahaan yang menuntutnya untuk tampil menarik. Hal itu merupakan strategi marketing untuk menarik pelanggan. Meskipun, kebanyakan yang membeli mobil padanya hanya beberapa lelaki hidung belang yang sengaja ingin menggodanya dan ingin berbincang-bincang dengannya.

Lihat selengkapnya