Rasa

lovinggyu
Chapter #14

Ketulusan

Kayla masih ada di dalam tenda, memakai liptint nya, sebuah kewajiban yang harus dilakukan

Orang-orang sedang sibuk makan di luar, ia sedang tidak nafsu makan, ia keluar...melihat beberapa anak yang sedang berkumpul, makan makanan instan, beberapa lelaki ada yang memancing, lalu membakar ikan itu

Kalaupun Desa ini sudah lama mati, tapi tentu saja Sungai berasal dari aliran laut, jadi masih ada ikan

Kayla berjalan ke arah di dekat tanda Devan, ia mengambil sebatang coklat, ia tidak mungkin membiarkan perutnya kosong, Jika dia tidak makan, Setidaknya ada pengganjal lapar

Ia duduk di depan tenda nya, melamunkan sesuatu yang menurutnya penting

"Kay..makan nih" Maisha duduk di samping Kayla dengan sebuah Tupperware kecil berisi mie dan sosis,

Kayla menggeleng pelan dengan tatapan kosong "gue makan ini aja" Ucapnya tanpa nada dan ekspresi

Walaupun seperti itu, Maisha tetap saja mengerti

"lo mau?" tanya Kayla menawarkan coklat di tangannya ke Maisha, wajahnya terlihat seperti memaksa tersenyum

"Lo gak usah mikirin itu...Coba deh lu pikirin hidup lo..." Ujat Maisha, sebelum pidatonya yang akan keluar sampai 1 abad, tapi Perkataannya tadi ternyata membuat Kayla semakin kepikiran, karena baginya saat ini, Devan adalah salah satu dari hidupnya

Maisha terus membujuk temannya itu, ditemani pidato panjang kali lebarnya

Sementara di sisi lain, Devan dan Alka duduk berdua, karena Angga dan Rezal tentunya bersama inches-inches mereka

"Lu tumben Van..bareng gue" Alka sedikit meledek dengan raut wajahnya, Devan terus menyeruput mie kuah nya

Devan membawa banyak air mineral dengan botol yang besar, jadi ia memasak menggunakan air itu, menjamin keamanan dan kesehatan

"Nggak boleh?" Tanyanya menatap Alka heran

"Emang nggak boleh? syukur gue temenin" Sambung Devan asal Seraya menunjukkan pandangan ke arah Kayla yang berada tidak terlalu jauh darinya, Alka mampu menyorot orang yang diam-diam diperhatikan Devan

"Van .masalah itu nggak harus diselesaikan dengan marahan,pukulan, atau tamparan, kadang cukup dengan pelukan" kata-kata bijak Alka tak kalah dengan Maisha, dia tahu kalau Devan adalah tipe yang sering bersama cewek-salah-ralat-Bukan-bersama sebut saja Playboy, menurut Alka, temannya satu itu tidak benar-benar playboy seperti yang orang pikir, dan kalaupun memang playboy pasti akan terhenti Ketika menemukan rasa sayang serius, selama ini Devan tidak bermaksud memainkan hati perempuan, karena ia tak pernah memberi harapan sedikit pun, cuman cewek-ceweknya aja yang kadang kebaperan,kalau digombalin Devan, dikedipin dan segala macam gerakan yang udah gak asing lagi dikerjain Devan, baper

Alka ngerasa..Kayla itu, orang yang membuat Devan memahami arti sebuah rasa

"Gak usah sok tahu lo Van" Alka merasa tertarik, tapi ia tetap yakin, bahwa Devan sedang bermasalah dengan Kayla

"gue ngerti Van.. Gue nggak bisa dibohongin! "

"lu bisa bohong...tapi mata lu? nggak Van" Alka menegaskan dengan Gayanya yang khas

••••••••••••••••••••••••••••••

-Amanda Kayla Yudistira-

Gue membuka tenda untuk melihat kerjaan anak-anak OSIS yang Ternyata keren juga, mereka mendirikan beberapa pondasi untuk tiang dari sebuah bambu, yang nggak tahu mereka dapat di mana, lalu membuat atap dengan beberapa daun pisang, Padahal mereka bisa aja masuk atau enggak numpang duduk aja di depan rumah-rumah kosong yang ada di desa ini, terus ada masjid juga

Setelah selesai..mereka menaruh beberapa koran di lantai agar bisa diduduki, Gue cuman duduk aja terus, malas ngumpul-ngumpul, mana malam ini jerit malam lagi...mau sampai kapan gue diem-dieman begini sama Devan, gimana pun juga ya...gue gengsi lah ya kalau cewek datang ke cowok duluan

"kenapa sih sini gabung yuk" Ajak Dyana yang duduk bersandar di pundak Rezal

"pa..panas Yan.." Senyum gue terus gue pertahankan hingga hampir setengah menit

Perut gue tiba-tiba sakit, wah-wah gak mendukung banget juh keadaan, kenapa gak ada apa-apa sedikitpun kalo maag gue bakal kambuh, gue menutup tenda, lalu berbaring, membiarkan rasa sakit mereda

"Kay" Suara Maisha terdengar dari luar tenda, dalam posisi menekuk perut gue menjawab "masuk aja"

"Lo kenapa Kay?"

Maisha.. Maisha.. Kenapa datang mulu sih, kadang gue butuh sendiri, gue tau maksud dia baik, tapi gue butuh sendiri aja

"Gapapa saa.. Gue pengen tidur aja" Jawab gue

Jujur.. Mendam rasa gini tuh capek, tapi menurut gue ada hal yang gak bakal bisa dimengerti orang lain, meskipun mereka paham, mereka tetap tidak akan bisa tau jelas seperti apa rasanya, karna masalah itu dijalani oleh satu orang saja, lagi pula perasaan orang kan beda-beda

Setelah sakit perut gue mereda, ternyata Maisha masih duduk di dekat gue, ia hanya diam dari tadi

Lihat selengkapnya