Hari ini adalah hari selasa, hari pertama perkuliahan semester genap dimulai, dan rasanya masih saja sama. Begitu berat aku melangkahkan kaki meninggalkan meja kerja lalu menuju lift turun ke lobi kantor lalu jalan ke depan komplek kantorku, melambaikan tanganku kepada segerombolan ojek yang mangkal di depan gerbang kantor.
Kalau bukan demi ijazah aku malas melanjutkan kuliah, karena aku merasa apa yang aku dapatkan di kampus tidak terlalu terpakai di dunia kerja. Tapi kalau harus membeli ijazah aku sadar kalau aku tidak sebodoh itu. Aku selalu menjadi juara umum saat sekolah menengah atas, dan kalian tahu apa maksudku. Yap! Aku pintar, bahkan aku lulus D3 jurusan akuntansi dengan predikat cumlaude. Tapi emang dasar jaman sekarang yang kayak bangke, kalau dibelakang nama kita hanya ada satu gelar apalagi cuma Amd itu kok kayaknya susah banget buat naikin gaji dan majuin karir alias promosi jabatan. Mereka yang sudah bergelar sarjana apalagi master lebih dilirik dan dianggap lebih mampu. Padahal gelar pendidikan itu tidak bisa dijadikan jaminan akan kualitas diri dalam bekerja bukan? Tapi salahku juga, kenapa dulu memilih untuk kuliah D3 bukannya langsung pilih S1, jadinya kan sekarang enggak perlu ambil kuliah lagi kayak gini.
Setelah menempuh perjalanan selama 20 menit menggunakan sepeda motor alias abang ojek, sekarang kakiku sudah menginjak area kampus dan melangkah ogah-ogahan menuju gedung N, salah satu gedung milik Fakultas Ekonomi yang digunakan untuk perkuliahan malam alias kelas untuk alih program alias kelas karyawan yang aku ambil. Di kampusku disebutnya kelas alih program singkatannya AP. Dan tahun ini yang sama seperti tahun tahun sebelumnya Fakultas Ekonomi hanya menerima tidak lebih dari 30 mahasiswa untuk kelas tersebut, yang artinya hanya ada satu kelas AP setiap tahunnya.
Kulihat lorong panjang gedung N lantai 1 masih sepi, saat melewati ruang dosen iseng aku melongokkan kepala mencari tahu apakah sudah ada dosen yang datang atau belum. Ternyata ruangan tersebut masih kosong. Mungkin saja dosennya terlambat, kena macet di jalanan ibu kota yang enggak pernah lengang. Karena setahuku dosen yang mengajar di kelas alih program kebanyakan adalah dosen luar biasa atau DLB yang artinya menjadi dosen itu cuma pekerjaan sampingan, mereka punya pekerjaan lain selain menjadi dosen.
Hahahaha ya itu sih tebakanku aja ya, enggak tau deh maksud dari DLB sebenarnya itu apa. Males mikirin, karena enggak penting dan enggak ada untungnya juga buat diriku.
Seingatku mata kuliah malam ini adalah Audit, mataku pun menelusuri setiap lembaran jadwal mata kuliah yang tertempel di setiap pintu kaca kelas. Mencari nama dosen yang akan membagikan ilmunya kepada kami para mahasiswa sampai jam 21.30 nanti. Kebetulan di sepanjang lorong itu ada 10 ruangan kelas, masing-masing 5 ruangan disisi kanan dan kiri.
Tommy Permana.
Mataku terpaku pada nama tersebut, ini adalah nama dosen yang aku pilih saat pengisian KRS di akhir bulan kemarin. Ternyata kelasnya di ruang N 105. Segera kubuka ponsel lalu memberitahukan kelas mana yang akan digunakan kepada teman-teman AP di grup whatsapp.
Aku membuka pintu kelas yang bisa memuat hingga 60 mahasiswa itu, setelah menaruh tas aku segera ke ruang dosen untuk mengambil kabel proyektor dan juga spidol serta penghapus papan tulis lalu meletakkannya di atas meja dosen yang ada di depan ruangan. Setelah itu yang kulakukan tentu saja duduk di kursi lalu melipat kedua tanganku dan menenggelamkan wajahku. Tidur.
Samar telingaku mendengar sapaan suara suara yang tidak asing lagi, beberapa teman kelas AP mulai berdatangan. Namun aku masih bertahan dengan posisi tidur tersebut, entah kenapa malam ini aku sangat mengantuk. Lima menit kemudian, mungkin lebih entahlah aku tidak menghitungnya. Suasana kelas yang semula ramai berubah hening, lalu terdengar suara berat yang mengucapkan salam.