Sore ini selepas jam kerja aku harus kembali pergi ke kampus, kalau saja semua mata kuliah yang mengajar adalah Pak Tommy aku pasti akan semangat sepenuh hati untuk pergi kuliah. Sayangnya kampus ini bukan punya kakekku, jadi jalani saja perkuliahan ini sebaik mungkin agar bisa cepat lulus dan menggenggam erat ijazah si target utama.
Aku melangkah menuju gedung N sesampainya disana aku memutuskan untuk masuk sebentar ke dalam ruang dosen demi mengambil kabel proyektor serta buku absen. Saat sedang melihat kotak tempat kabel proyektor disimpan, telingaku yang mendengar seperti suara pintu dibuka yang otomatis membuatku menoleh ke arah pintu tersebut.
Ya Tuhan!
Aku benar-benar bersyukur jantungku ini sehat, kalau tidak mungkin sekarang aku sudah kena serangan jantung. Pak Tommy muncul diambang pintu, dan dia melemparkan senyumannya kepadaku. Wajahnya terlihat lebih cerah dan segar, mungkin karena dosen ganteng itu menggunakan kemeja berwana hijau botol berpotongan slimfit, dengan lengan yang tergulung hingga sesiku sepertinya ini memang style dia dalam mengenakan kemaja.
Kenapa senyuman Pak Tommy kali ini mampu membuat hatiku ketar-ketir? Membuatku ingin tersenyum tapi aku malu kalau dia melihatku tersenyum kepadanya. Sebisa mungkin aku memasang wajah datar, dan itu rasanya enggak enak.
"Hei, kuliah apa malam ini?" tanya Pak Tommy seraya menarik kursi dari sisi meja lalu duduk menyenderkan punggungnya.
"Praktik Audit pak."
"Yang sama Pak Chairul ya?" tanyanya lagi.
Aku mengangguk sambil tetap berusaha untuk tidak tersenyum.
"Engga jadi sama Pak Chairul, jadinya sama saya."
Apakah ini yang dinamakan pucuk dicinta ulampun tiba?
Pak Tommy bukan hanya menjadi dosen Audit, tapi dia juga menjadi dosen untuk mata kuliah Praktik Audit. Satu minggu bertatap muka dengannya sebanyak dua kali! Dan kalian pasti tahu siapa yang akan menjadi PJ untuk mata kuliah Praktik Audit.
Yups! Tentu saja Prisilia Andriyani.
--
'Selamat siang pak, maaf saya baru saja mengirimkan nama kelompok seperti yang bapak minta ke email bapak. Terima kasih.'
Mataku membaca kembali tulisan yang baru saja kuketik di layar ponselku, sudah sopan kan? Aku kembali mengingat spanduk yang dipasang di depan koridor gedung N.
Cara mengirim pesan yang baik ke dosen, jangan pernah lupakan :
1. Salam;
2. Sebutkan identitas;
3. Isi pesan yang ditulis dengan singkat tidak bertele-tele;
4. Ucapkan terima kasih.