Sore itu, tepatnya setelah salat Asar, seorang wanita paruh baya terlihat tergesa-gesa melewati pagar besi memasuki lingkungan yang ramai dan penuh sahut-sahutan pengeras suara. Wanita itu berjalan dengan cepat seolah sedang di buru sesuatu, bahkan sapaan anak-anak remaja dengan jubah dan peci yang sedang bermain bola di tengah lapangan tidak sempat ia balas. Dia sangat terlambat dari waktu yang telah di janjikan, karena kesibukannya, ia sampai melupakan, jarak rumahnya dengan pondok pesantren keponakannya itu cukup jauh, sangat salah jika mengambil waktu terlalu banyak hingga akhirnya dia tersadar telah kehabisan waktu.
"Bibi,"
Wanita itu menoleh begitu mendengar suara anak laki-laki yang sudah seperti anak kandungnya sendiri itu menyapanya.
Di belakangnya sudah berdiri seorang remaja laki-laki tinggi dengan jubah hitam cingkrang tanpa peci sambil memeluk buku tebal di tangannya, penampilan yang tidak jauh berbeda dengan anak laki-laki lain di sekitar lingkungan itu. Dia memandangi bibinya dengan wajah tanpa ekspresi, penampilan bocah itu memang sudah sangat berubah setelah tiga tahun tumbuh di pondok, yang sama hanya tatapan dingin dan wajah tanpa ekspresi yang awet di tampilkan oleh dirinya semenjak ia mulai menyadari sebuah fakta, bahwa dia telah di tinggal mati ibunya dan di campakkan ayahnya.
"Arul, maafkan bibi mu ini ya, ada sedikit pekerjaan di rumah yang harus di selesaikan, Bibi jadi terlambat," ungkap wanita tambun dengan kerudung merah muda itu jujur. Dia mengamati ekspresi keponakannya, tapi tidak menemukan tanda-tanda amarah. Dia menghembuskan nafas lega sambil menyeka keringat nya yang mengucur akibat tergesa-gesa.
"Tidak apa-apa, acara pertemuan itu hanya untuk basa-basi," tuturnya sambil terus melempar tatapan datar. "Tapi jika mau, Bibi masih bisa masuk, akan ku antar ke ruangan itu," tambahnya lagi. Wajahnya yang selalu berhasil menyembunyikan rasa di hatinya itu kadang membuat bibinya merasa ngeri. Seolah sedang menatap seseorang yang memakai topeng tebal, bibinya bahkan tidak tahu, Arul sekarang sedang dalam suasana hati yang seperti apa.