“Hallo, selamat siang”
“Iya siang”
“Benar ini dengan Ibu Carmecita Putri Prasetyo?”
“Iya benar dengan saya sendiri”
“Ibu besok kami undang untuk tes wawancara di perusahaan kami. Apakah Ibu bisa?”
“Bisa Mba, bisa” jawabku segera tanpa basa basi terlebih jual mahal. Aku begitu girang mendengar kabar dari seorang wanita di sebrang sana yang mengundangku untuk interview. Sudah lama sekali aku berdiam diri di rumah, semenjak lulus kuliah aku menganggur dengan kurun waktu yang cukup lama. Tidak mudah memang, mencari pekerjaan di zaman sekarang meskipun anak kuliahan sekalipun.
“Oke kalau begitu kami tunggu besok di kantor jam 9 pagi ya, Bu” titahnya
“Baik Mba”
“Baik kalau begitu, selamat siang”
“Siang”
Kemudian telepon itu terputus dengan ending yang begitu membuat aku kegirangan.
“Mah, Mamah” teriakku dan beranjak ke lantai satu untuk mencari keberadaan Mamah. Disana terlihat Mamah sedang duduk bersantai menonton televisi. Mendengar teriakanku, Mamah sedikit terkejut dan menoleh ke arahku yang tengah menyusuri tangga. Aku berlari pelan mendekat dan duduk di dekatnya
“Ada apa sih. Ko teriak-teriak”
“Akhirnya Karmel dapet panggilan kerja Mah”
“Oh ya? Dimana?” Tanya Mamah yang tak kalah girangnya denganku
“Di sebuah konsultan keuangan Mah. Cukup besar sih, mudah-mudahan Karmel keterima ya Mah”
“Aamiin sayang. Mamah do’akan yang terbaik buat kamu” segera pelukan itu meluncur ke dalam tubuh ini. Hangat dan menenangkan seperti biasanya. Aku berharap ini adalah awal yang untuk aku memulai karir. Rasanya, mengurung diri terlalu lama di dalam rumah membuat otot dan tulang terlebih otakku kaku.
Tak sabar dengan hari esok. Akhirnya hari yang dinantikan datang juga.
Baju yang aku kenakan cukup rapih. Rok span selutut dengan kemeja putih. Style yang sudah umum bagi para pemula atau pencari kerja sepertiku.
“Dah Mah” pamitku melambaikan tangan pada Mamah yang masih mematung berdiri tegak di depan pintu. Senyuman Mamah adalah semangat bagiku untuk memulai karir ini. Hingga aku bernobat dalam hati bahwa hari ini aku harus tampil dengan baik dan mengalahkan pesaing-pesaing disana. Meskipun, aku tak tau berapa banyak pesaing itu. Tapi ini semua aku lakukan demi Mamah yang selalu mendoakanku
Telah tiba di sebuah terminal angkutan umum. Aku cukup hafal area disana. Jadi, aku tidak terlalu sulit menemukan kantor itu, hanya membutuhkan satu kali angkutan umum yang aku tunggangi.
“Kiri!” Teriakku yang duduk dipojokkan
Lantas, angkutan umum itu berhenti di suatu titik dimana aku minta berhenti. Jalanan mulai ramai karena memang ini adalah jam orang-orang tengah bersibuk pergi ke kantor.
Aku sedikit ragu ketika aku akan menyebrang. Karena, memang motor maupun mobil tengah ramai berlalu lalang dengan kecepatan yang cukup kencang. Satu sampai beberapa kali hentakkan suara klakson yang membuat aku ragu dan mundur kembali.