RASA HUJAN

Bunga Merah
Chapter #2

BAB 1: PENGUNTIT KENANGAN

Deyra turun dari bus, dan segera merapatkan tubuhnya pada dinding halte. Penumpang lain, yang kebanyakan berseragam putih abu-abu, lekas melawan hujan. Beberapa mengunakan payung. Beberapa lagi nekat menerobos dengan berbekal tas di atas kepala mereka.

Deyra mengetuk-ngetuk ujung sepatu flat hitamnya yang basah ke lantai. Menjauhkan matanya dari semua orang yang terkena hujan. Sebab hujan punya sihir untuk menarik orang mengingat kenangan. Tapi tidak banyak orang yang tahu, jika hujan juga meresap kenangan itu. Sewaktu seseorang menyentuh air dari langit, itulah saat kenangan direkam. Tidak ada yang melihat rekaman kenangan yang dibocorkan hujan itu kecuali Deyra.

Sebenarnya, Deyra berniat untuk menunggu hujan berhenti dulu. Telat lebih menyenangkan dibandingkan disiksa kenangan orang lain. Tapi dia ingat, jam pertama ada presentasi kelompok, sedangkan makalah dan PPT ada di tasnya. Presentasi gagal karena dia telat? Bisa-bisa dihukum jadi manekin sampai pulang sekolah.

Diembuskan napasnya kasar. Tangannya meraba-raba isi tas. Bukan mencari payung lipat, tetapi kacamata hitam. Namun tak menemukannya. Arloginya sudah menunjukan pukul tujuh kurang lima menit.

“Baiklah, kamu menang hujan! Silakan siksa aku sepuasnya,” kata Deyra malas.

Demi Tuhan, Deyra benci berada di antara hujan dan melihat murid-murid berjalan menuju gerbang sekolah. Pun, kenangan-kenangan mereka yang meresap ke air hujan dan terpaksa Deyra lihat. Hujan membuat pandangan Deyra penuh oleh lukisan kenangan orang lain.

Seperti cewek gendut di depannya. Kakinya yang mirip ketela pohon melangkah pelan. Tangannya menyentuh hujan yang turun dari payungnya. Di hujan yang disentuhnya itu terlukis bayangan ketika cewek itu mengintip dari celah pintu kamar. Kaca-kaca air di matanya bergetar. Dan seketika tumpah. Tangannya menekan erat kedua telinga. Terdengar suara barang-barang pecah dilempar dan suara tangis wanita yang meminta ampun.

“Kenangan rasa kopi pahit lagi!” Deyra mengalihkan pandangan.

 Dug!

“Ah!” pekik Deyra ketika bahunya tersenggol kasar oleh seseorang. Mood-nya yang labil menyebabkannya mulutnya siap mengeluarkan umpatan. Tetapi sebelum umpatan itu keluar ....

Lihat selengkapnya