"Ini rumah atau pajak ikan?" tanyaku.
"Eh, anak kecil diam aja?" Kak Miya menjawab dengan santainya.
"Mana boleh diem aja. Hidup kalau diem terus nanti bisa dijajah."
Kak Miya tidak menyahutiku lagi. Kondisi rumah sudah sangat ramai sore ini. Dipenuhi oleh teman-teman Kak Miya. Inilah hobi tak terpendam Kak Miya, membawa teman-temannya ke rumah.
Aku sampai sudah sangat hapal dengan mereka semua. Panjul yang badannya kurus ceking, Bogin yang badannya gendut, Fatar yang hidungnya mancung bak orang Arab, Tuming yang wajahnya polos dan Renji yang paling ganteng dari semuanya. Untuk barisan cewek lebih banyak lagi. Siti, Amel, Sasha, Keyla, Tita, Rena dan yang paling waras adalah Cika. Semua perempuan ini lebih mirip grup PKK emak-emak yang biasa sering buat pertemuan di kantor kepala desa.
Kami saling mengenal. Aku sangat kenal dengan mereka dan mereka juga sangat kenal denganku. Rasa saling kenal ini ditenggarai karena mereka sudah menganggap rumah kami seperti rumah mereka sendiri. Kak Miya membuat rumah kami seperti base camp untuk tempat mereka berkumpul.
"Roger! Roger! Ada alien datang, wajahnya penuh tentakel. Oh tidak! Sayapnya mirip kalelawar. Menurutku Roger, ini alien dari Nebula eh salah Namek. Tujuannya pasti mau menginvasi bumi."
"Copy that Roger! Sosok Alien itu sudah terlihat olehku. Ini merupakan tetanggannya alien yang di film-film Alien. Kelemahannya adalah rujak pedas pakai rawit sekilo."
Itulah yang diucapkan Bang Panjul dan Bang Bogin saat melihatku lewat di dekat mereka. Mereka memang sering menganggapku sebagai alien yang akan menginvasi bumi. Padahal jelas maksudnya adalah aku senang menginvasi keberadaan mereka di rumah.
"Ka! Ada yang paten yang bisa dikerjain?" tanya Bang Panjul. Entah Panjul itu nama asli atau nama samaran, namun bagaimanapun itu, Bang Panjul ini tipe orang yang urakan dan paling bawel dari semua teman-temannya.
"Enggak ada!" Aku menjawab polos.
"Yakin?"
"Yakin."
"Jadi enaknya kita sekarang ngapain?" tanya Bang Panjul.
"Ya Abang mau ngapain?"
"Bola kaki bisa?"
"Enggak ada Bang Panjul, ilang bolanya dibuat Agis."
"Badminton?"
"Koknya nyangkut semua di genteng, wahai Bang