Ratnamaya : Permata yang Hilang

Indana Maidytrida Renata
Chapter #3

(2) Manik Mata

Pagi hari pukul 07.00, suara lantang dari bel sekolah terdengar mengudara ke seluruh penjuru sekolah. Aku yang sudah datang lima belas menit yang lalu bersiap menerima pelajaran di hari ini. Pelajaran sekolah serta pelajaran untuk menguatkan hatiku. Asal kau tahu, terkadang menjadi biru di lingkungan yang merah, akan membuatmu mendapat masalah. Itulah aku, sangat sulit beradaptasi sehingga terkesan diasingkan. Ralat, aku benar-benar diasingkan.

Ada sekitar 30 murid di kelas. Mereka segera menghentikan kegiatan saat Pak Ran, guru biologiku memasuki ruang kelas. Pak Ran termasuk guru killer yang tidak segan menghukum untuk berdiri di depan kelas jika ada yang bermain-main saat jam pelajarannya.

Tok tok tok

"Permisi Pak Ran, saya mengantarkan murid baru untuk kelas ini," suara lembut dari Bu Tina yang berdiri di pintu.

Seketika seluruh siswa berbisik karena penasaran mengenai siswa baru. Pak Ran berdehem keras untuk memperingatkan siswanya agar berhenti bersuara. Setelah itu Pak Ran berterima kasih pada Bu Tina dan mempersilahkan siswa baru memasuki kelas.

Aku yang sedari tadi sibuk membaca buku biologi, tidak memperhatikan sekitar. Biologi merupakan pelajaran yang membuatku selalu penasaran. Aku tidak berhenti mengamati gambar-gambar sel yang ada buku ini. Suatu unit yang sangat kecil ternyata masih memiliki bagian-bagian yang lebih kecil.

"Selamat pagi."

Sapaan itu membuyarkan pikiranku mengenai sel. Aku mendongak melihat siapa yang sedang berdiri di depan kelas.

Tunggu! Dia temanku yang selalu ada di mimpiku, sang pemilik mata coklat kemerahan. Aku menatapnya tidak percaya. Apakah ini bagian dari mimpiku yang lain?

"Perkenalkan, nama gue."

"Nama saya," Pak Gun mengingatkan.

"Nama saya Adnan Al Fikram dari Jakarta. Kalian bisa panggil gue, eh panggil saya Adnan," ia berkata dengan malas.

Sedari tadi, aku tidak bisa berhenti menatapnya. Mengapa wajah dan manik mata itu sama dengan teman di mimpiku? Mungkin ini hanya kebetulan yang disiapkan Tuhan. Tidak perlu dipikirkan, batinku.

Lihat selengkapnya