Dari tempatku duduk, aku bisa melihat sepasang manik mata coklat kemerahan milik seorang yang sedang sibuk dengan kegiatannya. Seseorang yang dapat membuatku menangis dan tertawa saat bersamaan.
"Hei, kita sudah lama berteman, bukan? Tapi kenapa sampai sekarang kau belum mau menyebutkan nama aslimu?" Tanya pemuda berperawakan tinggi, putih, dan tampan yang sedang sibuk menyalakan lampu minyak tua.
"Kau selalu menanyakan itu setiap hari. Memang apa untungnya kau tahu namaku."
"Aku penasaran saja. Dan lagi, kata orang, tak kenal maka tak sayang," jawabnya dengan balas menatap manik mataku.
"Sudahlah lupakan namaku. Hei meski kau tidak tahu namaku, tapi tetap sayang, kan?" Timpalku mencoba bergurau.
"Iya juga sih," jawabnya santai lalu menyalakan lampu minyak yang lain.
Ia tak tahu saja, disini jantungku rasanya sedang menabuh genderang. Seketika pipiku terasa menghangat, mencoba menahan senyum yang akan merekah.
Jadi dia benar-benar sayang padaku?