Ratu Legiun: Wanita Besi dan Putri Cahaya Bulan

Eldoria
Chapter #2

Vol 1 Bab 2: Adik Perempuanku yang Berharga

Gadis Kecil yang Menunggu Kakak Perempuannya

"Di dunia tempat cinta harus disembunyikan agar tak dihancurkan... masih ada tangan kecil yang percaya rumah itu nyata."

Angin malam menyentuh pemukiman seperti jari-jari ibu yang kehilangan anaknya: dingin, lembut, dan terlalu sunyi. Rumah-rumah rakyat jelata telah memadamkan lentera mereka. Kota tenggelam dalam kelam, seakan dunia menutup matanya lebih awal untuk melupakan penderitaan yang tak bisa lagi ia ubah.

Namun, di satu sudut distrik, salah satu rumah masih menyalakan lentera. Dan di balik jendela kecil yang penuh goresan waktu, berdirilah seorang gadis kecil.

Rambutnya hitam panjang, dibiarkan lepas begitu saja, menari perlahan ditiup angin yang melintasi malam.

Matanya—hitam legam, seperti sumur dalam yang hanya memantulkan sosok satu orang saja: kakaknya.

“Tok-tok.”

Ketukan itu terdengar dari pintu belakang rumah. Lirih, namun cukup untuk menggetarkan seluruh jantung kecil itu.

“Hah? Kakak perempuan sudah pulang?!”

Gadis kecil itu segera berlari, langkah-langkahnya ringan namun penuh harap. Ia membuka pintu dan—

“Kakak perempuan!”

“Kakak perempuan ke mana saja? Yuna sudah lama menunggu…”

Tangannya langsung melingkar di pinggang wanita berambut merah yang berselubung bayangan. Wajah mungilnya menempel di dada yang sempat basah oleh hujan kabut darah dan dosa. Namun Yuna tidak tahu itu—dan Scarlett tidak membiarkannya tahu.

“Maaf, Yuna. Aku pulang terlambat… Ada urusan bisnis mendesak.”

“Kakak membuatmu menunggu.”

“Hmm, tidak apa-apa, Kak. Yuna tahu Kakak sibuk… Tapi jangan paksakan dirimu. Yuna khawatir Kakak nanti jatuh sakit.”

Kalimat itu terdengar lembut. Tapi di dalamnya tersimpan satu hal yang paling menakutkan bagi pemburu tiran: perhatian.

“Apakah kamu sudah makan?”

“Belum, Kak. Yuna sudah menunggu Kakak. Ayo makan bersama. Yuna sudah siapkan makan malam.”

Scarlett hanya bisa mengangguk pelan. Dunia luar mengenalnya sebagai mesin pembunuh. Tapi di depan anak ini... dia hanyalah seorang kakak yang sedang berusaha menjadi manusia.

“Kamu memang gadis kecilku yang baik hati… Terima kasih, Yuna.”

Ia membelai kepala adiknya. Bukan dengan tangan yang biasa mencabut nyawa, tapi dengan jemari yang ingin percaya pada dunia yang lebih hangat—walau hanya untuk satu orang.

“Ayo, Kak. Kita masuk ke dalam rumah, di luar dingin.”

Dua tangan yang berbeda dunia itu saling menggenggam, masuk ke rumah yang sederhana—namun bagi mereka, lebih berarti daripada istana para bangsawan.

Makan Malam Bersama Adik Kecil Tercinta

Di meja makan yang sederhana, hangat tercium aroma spageti, sup, dan roti panggang. Di sampingnya, dua gelas susu hangat mengepul pelan. Itu bukan jamuan mewah. Tapi di dunia di mana cinta harus disembunyikan, makan malam yang dibagikan adalah bentuk revolusi kecil.

Mereka mencuci tangan bersama, lalu duduk berhadapan.

“Hmm… seperti biasa,” ujar Scarlett sambil tersenyum, “masakan Adikku selalu yang terenak di dunia.”

“Kakak berlebihan… Masakanku biasa saja, tidak seenak buatan Kakak.”

Pipi Yuna memerah. Gadis kecil itu menunduk, malu tapi bahagia. Seolah dunia masih bisa menyisakan ruang untuk pujian yang tak mengandung agenda.

“Yuna, tahu kenapa aku bisa bilang begitu?”

“Memangnya kenapa, Kak?”

“Karena kamu memasaknya dengan cinta.”

Kalimat itu mengambang di udara seperti mantra yang menolak dibantah. Cinta, dalam dunia mereka, bukanlah hiasan. Cinta adalah bahan bakar untuk bertahan hidup.

“Cukup, Kak…” Yuna menutup wajahnya dengan dua tangan mungil. Tapi senyumnya tetap tembus dari sela-sela jemari.

“Tapi… Yuna senang Kakak menikmati masakan Yuna.”

Setelah makan, mereka mencuci piring bersama. Saling bergantian, saling menciprat air, saling tertawa dalam volume yang cukup pelan agar dunia tidak ikut mendengar kebahagiaan ini. Karena kebahagiaan, di tempat seperti ini, bisa dihukum.

Tidur Bersama Adik Kecil

Malam pun semakin larut.

Rumah mereka punya dua kamar. Tapi malam ini, hati yang terpisah oleh waktu memilih untuk saling mencari.

Scarlett baru saja mengenakan pakaian tidurnya ketika…

Tok-tok.

Sebuah suara lembut mengetuk pintu. Disusul suara yang lebih lembut lagi.

“Kakak Scarlett, bolehkah Yuna tidur dengan Kakak malam ini?”

Lihat selengkapnya