Ratu Legiun: Wanita Besi dan Putri Cahaya Bulan

Eldoria
Chapter #6

Vol 1 Bab 6: Kakak Perempuan Penyayang Bernama Scarlett

Rumah Hangat di Pinggiran Kota Burgh... 

POV: Yuna

Saat pagi menggeliat dari peraduannya yang gelap, dunia belum sepenuhnya terjaga. Kabut tipis menari lembut di antara dedaunan yang masih basah oleh embun semalam, dan cahaya matahari pagi menyelinap pelan seperti penyusup yang takut membangunkan luka-luka dunia.

Di antara bangunan-bangunan bisu yang menyimpan rahasia, berdirilah sebuah rumah sederhana, nyaris tak menonjol—kecuali bagi mereka yang tahu bahwa tempat itu menyembunyikan lebih dari sekadar kasih keluarga.

Di lantai dua, tirai putih setengah terbuka menampakkan sosok gadis berambut merah yang terlelap dalam mimpi-mimpi tak damai. Rambutnya tergerai seperti api yang padam sementara, napasnya tenang namun berat—seolah tiap helaan adalah pertempuran kecil melawan kelelahan yang tak kelihatan. Dia adalah Scarlett.

Dan di sisi ranjang, dengan tekad yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang memaknai cinta dengan tindakan kecil, berdiri seorang gadis kecil dengan rambut hitam panjang tergerai dan mata hitam besar penuh semangat. Dialah Yuna—adik perempuan yang tidak tahu apa itu dunia gelap... atau mungkin tahu, tapi memilih untuk menyalakan lilin kecil di tengahnya.

“Kakak... bangun... sudah pagi hari, lho...” ucap Yuna lembut, mengguncang bahu kakaknya seperti daun yang berusaha membangunkan angin.

Namun Scarlett tidak bergeming. Dunia mimpinya—atau dunia lain yang lebih gelap—masih menahannya.

Yuna mengerucutkan bibir, kecewa tapi tidak menyerah.

“Kalau kakak tak mau bangun... aku akan pakai trik itu...!”

Dan sebelum Scarlett bisa mempertahankan kedamaian semunya, suara dentuman ringan mengguncang tempat tidur. Yuna melompat dan mendarat di atas tubuh kakaknya dengan gaya khas seorang pahlawan kecil yang menyerbu markas musuh dengan senyum jahil.

“Aduh!” pekik Scarlett, terbangun dengan wajah terkejut dan rambut acak-acakan seperti medan perang yang belum selesai.

“Yay! Kakak akhirnya bangun!” seru Yuna, tertawa riang, seolah kemenangan kecil ini bisa menyelamatkan dunia.

Scarlett mengerang, “Kau ini... gadis kecil nakal! Mau membunuh kakakmu pakai gaya bebas segala?!”

Jari-jarinya segera meluncur ke pipi Yuna, mencubitnya pelan tapi penuh niat.

“Hihi... habis kakak susah banget dibangunin,” Yuna merespons dengan senyum tanpa dosa. “Kalo nggak begitu, sarapannya keburu dingin!”

Scarlett mendesah, bibirnya meringis, tapi tidak bisa menyembunyikan cahaya kecil yang kini mulai muncul di sudut matanya. “Kau benar-benar... menyebalkan.”

“Yuk, sarapan dulu. Kakak cuci muka dulu, ya?”

“Iya, iya... kakak turun sebentar lagi.”

Yuna pun menuruni tangga dengan langkah ringan. Dan ketika langkah kecil itu menjauh, sunyi kembali menyelimuti kamar.

Namun bukan sunyi yang damai.

Di balik matanya yang indah dan tubuhnya yang biasa, Scarlett bukan hanya seorang kakak perempuan. Ia adalah penjaga dua dunia, dua tubuh, dua identitas—dan satu jiwa yang terpecah.

Tiga Identitas, Dua Tubuh, Satu Nyawa, Satu Tujuan

POV: Scarlett

Tidurku bukan tidur.

Itu hanya sebuah transisi sunyi, semacam ilusi lembut yang berusaha menipu tubuh ini bahwa ada rehat di antara penderitaan. Tapi tidak. Tidak bagiku. Tidak bagi jiwa yang terbagi dua, menyamar dalam dunia yang tidak akan pernah mengizinkan ketenangan.

Aku menatap cermin.

Ada wajah perempuan muda di sana. Rambutnya merah, matanya letih, dan bibirnya menggenggam sisa-sisa senyum yang telah disulam terlalu sering. Tapi itu bukan Scarlett. Itu bukan Sophie. Itu hanya... aku. Sebuah hantu dalam tubuh manusia.

Bayangan itu tidak berkedip.

Aku pun tidak.

Baru semalam aku...

Mengukir jejak darah di lorong-lorong kastil menjijikkan milik Baron Porco. Darahnya masih terasa di bawah kuku jariku, meski telah kugosok. Dalam gelap, aku menjadi Iron Lady—eksekutor tanpa nama yang menumbangkan kebusukan bangsawan dengan denting sepatu besi. Tak ada belas kasih. Tak ada ampun.

Dan malam itu—aku kembali ke rumah 

Setelah membersihkan darah kotor yang melekat di jubah hitam.

Kembali ke rumah kecil ini. Ke meja makan yang penuh senyum palsu. Ke pelukan adik perempuan yang terlalu murni untuk disentuh dunia.

Scarlett.

Itu nama yang kupakai saat harus mengingat bahwa aku adalah seseorang yang dicintai oleh Yuna.

Seseorang yang—meski terbakar habis di dalam—masih harus tersenyum agar adik kecilnya percaya dunia ini layak untuk hidup.

Lihat selengkapnya