Ratu Legiun: Wanita Besi dan Putri Cahaya Bulan

Eldoria
Chapter #11

Vol 1 Bab 11: Iron Lady Siap Memburu!

Rutinitas Scarlett

POV: Scarlett – Bos Red Cooperation

Di balik jendela kaca berbingkai besi hitam, cahaya pagi menyusup lemah. Kabut tipis menyelimuti kota Burgh, menggantung seperti dendam yang belum terselesaikan. Bangunan-bangunan kastil menjulang tinggi. Dan di tengah labirin mesin dan laba, duduk seorang gadis dalam sunyi yang rapi.

Scarlett.

Gadis berambut merah, disilangkan kakinya dengan presisi yang terlalu sempurna untuk disebut santai. Di sekelilingnya, dokumen-dokumen terbuka seperti luka yang belum dijahit, berserakan tanpa belas kasihan di meja kayu mahal. Tinta hitam dan angka-angka tajam menusuk matanya seperti duri realitas yang tak bisa ditawar.

Tangannya bergerak. Tertata. Tegas. Tapi bukan tangannya yang bicara.

Wajahnya tak berkeringat. Namun sorot matanya layu… seperti bunga besi yang dipaksa mekar dalam ruang tanpa matahari.

Di luar, dunia berputar dengan kecepatan perdagangan dan strategi. Namun di dalam ruang kantor yang terlalu hening, detak jantungnya tak mengikuti ritme pasar. Ia mengikuti ritme yang lain, ritme yang lebih pelan, lebih dalam. Ritme dari ingatan akan Yuna.

Adiknya.

Senyum kecil itu. Mata bulat yang penuh dunia kecil yang polos. Suara memanggil, "Kakak perempuan," dengan tawa yang jujur.

Ah… dunia rumah, di mana tidak ada laporan laba, tidak ada investor licik, tidak ada komite kekaisaran yang menatap seperti elang lapar.

Hanya ada roti panggang hangat dan tangan kecil yang menarik ujung bajunya saat ia berpura-pura tertidur di sofa.

Scarlett berhenti menulis. Ujung penanya menggantung di atas selembar kontrak ekspor besi mentah ke wilayah selatan. Angka-angka di depan matanya kabur. Bukan karena lelah—tapi karena pikirannya menolak tinggal di sini. Ia ingin pulang.

Bukan pulang ke rumah.

Tapi pulang ke dunia yang lebih kecil, lebih hangat. Dunia yang bernama Yuna.

Namun ia tahu, kekaisaran tidak menerima cinta sebagai alasan untuk berhenti. Sistem menuntut darah, bukan air mata. Dan Scarlett… Scarlett bukan hanya seorang kakak perempuan. Ia adalah Iron Lady. Sosok yang ditakuti oleh bangsawan dan dia adalah Scarlett yang dihormati oleh investor, dan dibenci oleh semua pria yang tak mampu menatap matanya terlalu lama.

Ia mengembus napas. Dalam. Panjang.

Menahan rindu di dalam dada bagaikan menahan musim dingin yang tak pernah usai.

Tapi Scarlett tak punya waktu untuk musim-musim pribadi.

Dunia menunggunya…

Dan langit di luar mulai berwarna abu-abu kelam. Tanda bahwa sesuatu yang lebih dari sekadar bisnis sedang bergerak.

Hari ini, darah mungkin tidak akan tertumpah. Tapi jiwanya…

Sudah mulai retak. Perlahan. Diam-diam.

Dan hanya Yuna… yang bisa menyatukannya kembali.

Di dalam ruang kerja megah yang temaram dibanjiri cahaya matahari yang menembus jendela kaca patri bergambar lambang mawar dan pedang waktu seolah melambat. Jam dinding berdetak seperti palu takdir, menambah beban udara yang sudah tebal dengan tanggung jawab dan rahasia. Di kursi kayu hitam berukir mawar perak, dia itu duduk seperti dewi perang yang menolak istirahat: Scarlett.

Bertemu Bella Sekretaris Red Cooperation

POV: Scarlett dan Bella

Ketukan pelan menghantam sunyi.

“Tok-tok.”

Suara ketukan itu sederhana. Tapi dalam dunia Scarlett yang selalu dipenuhi kalkulasi dan dinginnya pengkhianatan politik, setiap ketukan bisa berarti awal dari perang… atau sekedar laporan biasa.

"Masuk." Ucapnya, suaranya rendah dan tenang, namun menebar aura komando.

Pintu terbuka. Seorang gadis muda dengan rambut pirang yang lebih lembut dari api, masuk dengan langkah rapi. Dia membawa berkas dalam pelukannya, dan di balik kacamata bulatnya, matanya bersinar jernih seperti embun pagi. Dia adalah Bella, sekretaris pribadi Scarlett, salah satu dari sedikit orang yang berani menatap mata Scarlett tanpa gentar.

Namun bahkan Bella pun kadang salah melangkah.

“Permisi, Ibu.”

Lihat selengkapnya