Lyra kembali ke Kantin, duduk di meja paling ujung dengan wajah datar dan tatapan tajamnya, mengabaikan kondisi Kantin yang ramai.
Tanpa Lyra sadari, dari jauh ada dua gadis yang menatapnya. Mereka hanya bisa menghela napas panjang. "Kayaknya Lyra butuh waktu untuk sendiri," ucap seorang gadis bernama Rania.
"Pasti gara-gara si brengsek Alvin, cuma dia yang selalu buat Lyra terluka," balas gadis lain yang bernama Valen, sambil mengepalkan kedua tangannya, ia benci Lyra menjadi lemah jika berhubungan dengan Alvin.
Rania dan Valen adalah sahabat Lyra, ketiganya tergabung dalam Geng The Fantasia Girl.
Terdiri dari tiga wanita cantik, fashionable dan terkenal sebagai Badgirl SMA Permata.
Kecantikan ketiganya bagaikan dewi kayangan, namun di antara mereka Lyra menjadi yang tercantik.
BRAKK!
Sebuah gebrakan di meja berhasil membuat Lyra memandang tajam pada sang pelaku."Lo bosan hidup?!" kata Lyra seolah akan menerkam siapa pun yang membuatnya kesal.
Alfa justru tertawa kencang, saat melihat wajah murung adiknya itu. "Anjir! Muka lo, Ra. Udah kayak Bu Meta, sebelas, dua belas!"
"Melihat lo badmood gini, pasti gara-gara pujaan hati lo si Alvin. Kenapa, sih, lo? Habis ditolak sama Alvin?" ujar Alfa santai sambil menyantap semangkuk Mie Ayam, ia sudah paham jika Lyra galau dan badmood seperti ini pasti karena Alvin.
Sebenarnya Alfa lelah, melihat Lyra yang terus menerus menyembunyikan perasaannya.
"Lo emang mau nyari mati, ya?!" sinis Lyra, lalu menelungkupkan kepalanya, entah mengapa selalu seperti ini, jika ia cemburu pada Alvin dan Olivia.
Padahal ia tidak punya hak untuk cemburu, karena ia hanya sahabat Alvin, tak lebih.
"Oh, iya lupa, nggak mungkin sih, lo berani nyatain perasaan lo ke Alvin. Lo, kan nggak punya nyali! Seorang Lyra menyatakan cinta ke Alvin? Sampai lebaran monyet juga nggak bakal berani," cibir Alfa, sambil tersenyum miring, ekspresinya sungguh membuat Lyra ingin melenyapkan saudara kembarnya itu.
Untung saja mereka duduk di pojok Kantin dan suara Alfa tak terdengar karena suasana Kantin yang berisik.
Alfa menghentikan tawanya, kemudian menyerahkan sebuah Es krim rasa vanilla kesukaan adik kembarnya itu. "Nih, makan! Lo jelek kalau lagi badmood, gitu."
Lyra menyenderkan punggungnya di kursi, Alfa memang selalu bisa diandalkan, hanya dia dan The Fantasia Girl tempat Lyra mengeluarkan keluh kesahnya tentang Alvin.
Alfa menepuk pelan puncak kepala Lyra. "Nice girl, senyum dong! Jangan cemberut terus! Lo nggak cocok cemberut kayak gini."
"Banyak cowok lain yang rela mengemis cinta sama lo, tapi lo justru menyimpan rasa sama cowok yang cuman menganggap lo sebagai sahabat." Alfa tersenyum mengejek dan mengerling jahil ke arah adiknya itu.
Ucapan Alfa berhasil menohok hatinya, Lyra hanya tersenyum miris. Bukankah ini semua tak adil, mengapa dari sekian banyak cowok yang menyukainya, ia justru jatuh hati pada Alvin?
Cowok yang hanya memandangnya sebagai seorang sahabat, tak lebih. Cowok yang mencintai wanita lain, Olivia. Mengapa Tuhan mempermainkan hatinya seperti ini?
Mengapa Tuhan menciptakan skenario seperti ini untuknya?
Jika bisa, dari dulu ia telah menghapus perasaannya pada Alvin. Namun, semakin mencoba untuk menghapusnya, semakin besar pula rasa cintanya pada Alvin.
Lyra menatap lurus ke depan. "Gue bodoh banget, ya, Fa?"
Alfa mengangguk cepat. "Iya, lebih tepatnya bego! Ulangan aja selalu remedial, kan lo? Nilai Matematika lo nggak pernah di atas dua puluh, kan? Semua pelajaran nilai lo jelek. Heran, kita lahir beda lima menit, tapi kepintaran beda jauh."
Lyra tersenyum kecut sambil menatap Alfa. "Itu karena pas pembagian otak, gue tidur. Pas pembagian kecantikan, gue baris paling depan."
Alfa tergelak seketika. "Makanya belajar kayak gue! Kerjaan lo, dandan mulu. Muka lo udah kayak ondel-ondel tahu nggak?!"
"Cantik doang, taklukin Alvin aja nggak bisa!" canda Alfa, berharap Lyra sedikit terhibur.