Rania dan Valen hanya bisa menggelengkan kepala, jika Lyra sudah badmood dan galau seperti ini.
Bahkan, pikiran Lyra menerawang entah ke mana, tak peduli kondisi kelas yang riuh bagaikan pasar, apalagi kelas 11 IPA-6. Kelas paling ujung, terkenal akan siswa yang kurang minat belajar, selalu berisik, bahkan, para guru pun malas untuk masuk kelas itu.
"Len, Ran, gue harus kayak, gimana?" rengek Lyra, pada kedua sahabatnya itu.
Valen menghela napasnya panjang. "Huft ... Kalau menurut gue, lo harus nyatain perasaan ke Alvin."
Lyra menggelengkan kepalanya. "Are you crazy? Gila aja! Alvin tuh, udah punya pacar! Gue nggak mau jadi orang ketiga yang ngehancurin hubungan Alvin. Lo tahu, kan kalau Alvin sayang banget sama Olivia."
Valen terkekeh pelan. "Alvin aja yang bodoh, tertipu sama muka malaikat pacarnya itu. Gue rasa Alvin bakalin putusin cewek itu, kalau dia tahu betapa busuknya Olivia."
"Valen!" sergah Lyra dengan cepat.
"Ra, kita nggak bisa kayak gini terus, Alvin harus tau betapa busuknya hati pacarnya itu. Si nenek lampir itu selalu menyebarkan berita buruk tentang lo! Olivia selalu jahat sama lo, tapi lo selalu diam karena dia pacarnya Alvin," lanjut Valen, tak peduli tatapan tajam yang dilemparkan oleh Lyra.
"Of course. Olivia pikir kita bodoh, dia pikir kita nggak tahu, siapa dalang dari semua teror dan berita buruk tentang lo di sekolah ini. Ingat Ra, she is pshycopath yang bersembunyi di balik wajah malaikat. Bahkan, dia hampir ngebunuh lo dengan cara membuat rem mobil lo blong dan lo menabrak angkot kemarin. Untung aja lo nggak apa-apa!" sambung Rania dengan emosi yang memuncak.
Lyra hanya bisa mengusap wajahnya gusar, ia sebenarnya sudah muak dengan perbuatan Olivia yang selalu menerornya, bahkan hampir membunuhnya.
Terbukti dari rekaman CCTV, yang ia dapatkan dari petugas keamanan, bahwa ada seseorang yang membuat rem mobilnya blong dan menabrak sebuah angkot.
Dan Lyra memiliki bukti kuat dan telah mengetahui, jika Olivia terlibat dalam hal itu.
Olivia berusaha untuk bermain bersih, namun Lyra mengetahui semuanya. Olivia sengaja menyuruh orang lain yang melakukan hal itu.
Namun, Lyra telah mengetahuinya sejak lama.
Bukan hanya sekali, bahkan berkali-kali Olivia selalu menerornya. Namun, Lyra selalu diam, karena tak ingin menyakiti hati Alvin. Ia selalu berusaha menutupi perbuatan Olivia.
Ia selalu menyimpan rekaman CCTV tersebut dan mencegah petugas keamanan melaporkan hal tersebut. Jika bukan karena Lyra, mungkin Olivia telah berada di penjara saat ini.
Olivia beberapa kali menyebarkan berita buruk tentang Lyra di Mading sekolah, namun Lyra lebih pintar.
Olivia yang malang, tidak tahu jika ada kamera tersembunyi yang berada di dekat mading yang merekam semua kejahatan Olivia.
Olivia terus mengulangi perbuatannya, karena berpikir tak ada yang mengetahuinya.
Tetapi, Lyra memiliki semua rekaman itu yang suatu saat akan ia jadikan barang bukti. Untuk menghancurkan Olivia. Jika, perbuatan gadis itu telah melampaui batas kesabarannya.
Rania berdecih pelan. "Cih ... percuma punya image goodgirl di sekolah ini, tapi psikopat aslinya. Gue benci orang-orang munafik kayak dia. Mending kita, punya image badgirl, tapi nggak pernah sekalipun berpikir untuk menyakiti orang lain."
Olivia Shabila, gadis itu terkenal karena sosoknya yang ramah dan pintar. Ia bahkan berhasil masuk kelas 11-IPA 1, kelas unggulan bagi siswa-siswi dengan nilai terbaik.
Alfa dan Alvin juga berada di kelas itu. Sangat jauh berbanding terbalik dengan dirinya, yang berada di kelas 11 IPA-6. Tak akan ada yang menyangka, jika gadis itu bisa saja membunuh seseorang.
"Allright," balas Valen sambil memakan keripik kentangnya.