RATU SEJAGAT

Bintang Maharani Rahmania Putri
Chapter #7

Pertemuan Pertama

"Bye, Ra. Good night," ucap Randy sambil melambaikan tangan pada Lyra, yang dibalas gadis itu dengan senyuman tipis.

Lyra terlonjak kaget, saat membalikkan tubuhnya dan menemukan sosok Alvin. Ia hampir saja terjengkang ke belakang, jika Alvin tak memegang tangannya. "Dasar ceroboh!"

Lyra mendelik sebal pada cowok itu. "Lo yang muncul tiba-tiba kayak setan!"

"Lo aja yang daritadi nggak lihat, gue dari tadi jongkok di depan gerbang lo!" sewot Alvin sambil mengerucutkan bibirnya, membuat seorang Lyra harus menahan senyuman saat melihatnya.

'Aduh gemasnya pacar orang!' batin Lyra yang ingin mencubit pipi Alvin.

Lyra mengerutkan dahinya. "Ngapain lo di sini?"

Alvin memutar matanya jengah. "Meditasi! Ya, nungguin lo pulang, lah."

Mendengar hal tersebut, rasa hangat diam-diam menyusup ke dalam hatinya, saat mendengar Alvin menunggunya pulang.

"Habisnya gue bosan sendirian, kalau ada lo, kan ada bahan bully-an," kata Alvin membuat senyum di wajah Lyra luntur

"Ke Minimarket, yuk! Stok snack di kulkas gue habis," ajak Alvin.

Lyra memegang dagunya sejenak, berpura-pura berpikir. Alvin yang melihat hal tersebut langsung menarik pergelangan tangan gadis itu. "Lo kelamaan mikirnya, sok-sok mikir, biasanya juga nggak dipakai otak lo!"

Ingin rasanya Lyra mengundurkan diri sebagai teman Alvin.

Tapi, memang benar, selama ini ia termasuk sepuluh peringkat terbawah se-jurusan 11 IPA. Jangan tanya jika Alvin dan Alfa, mereka berdua selalu memperebutkan posisi juara umum dan runner-up jurusan 11 IPA.

Karena Minimarket tersebut berada di depan komplek rumah mereka, tak terasa mereka telah sampai. 

Lyra berusaha menyembunyikan senyumannya saat Alvin terus menggenggam tangannya. 'Tangan gue yang dipegang, jantung gue yang disko,' batin Lyra yang kegirangan.

"Lo boleh ambil apa aja, tapi jangan satu minimarket juga lo bawa pulang!" tukas Alvin, membuat Lyra menampilkan deretan giginya yang tersusun rapi.

"Tahu aja, penjaga kasirnya ganteng, sekalian mau gue bawa pulang!" canda Lyra yang kemudian mengambil keranjang belanjaan.

Gadis itu menyusuri rak demi rak makanan, yang tersusun rapi. Ia mengambil beberapa snack favoritnya. Dari mulai keripik kentang, wafer coklat, kacang polong hingga yoghurt telah berada di keranjang belanjaannya.

Jangan tanyakan di mana Alvin, karena cowok itu pasti berada di depan rak yang berisi segala macam mie instant. Mata cowok pecinta mie instant itu langsung berbinar dan mengambil segala macam rasa.

Hingga Lyra memutuskan untuk membeli beberapa minuman dingin.

Gadis itu berkacak pinggang di depan kulkas. Ia bingung harus memilih minuman apa, karena ada berbagai macam yang ingin ia beli. "Apa beli susu coklat aja? Tapi, gue juga mau beli kopi. Apa beli minuman soda aja? Tapi, gue juga mau jus jambu."

"Apa semuanya aja?" gumam Lyra pada diri sendiri. Dasar manusia labil.

Lyra memegang dagunya. "Memilih minuman dingin, lebih sulit daripada memilih seorang pacar."

Lyra hampir memekik pelan,saat sebuah tangan tiba-tiba menyerobot dan mengambil sekaleng minuman bersoda. Lyra meniup poninya. "Dasar nggak sopan!"

Saat ia membalikkan tubuhnya dan hendak mengeluarkan kata umpatannya, gadis itu justru dibuat terpesona oleh pemandangan ciptaan Tuhan yang berada di depannya. 

"Wow, you look so handsome."

Untuk sejenak Lyra merasakan lidahnya kelu, saat memandang paras rupawan cowok itu. 

Rambut berwarna coklat gelap, senada dengan iris mata cowok itu, membuat Lyra terpesona padanya. 

"Apakah dewa yunani kembali terlahir?"

Cowok itu langsung mengerutkan dahinya, tersadar akan ucapannya Lyra langsung meruntuki bibirnya yang asal ceplos. "Sorry, Sir."

Cowok itu langsung bergegas beranjak dari hadapan Lyra. Namun, punggungnya kembali berbalik. 

"Kulkasnya bakal rusak, kalau lo buka pintunya kelamaan kayak, gitu!"

Lyra langsung mengerjapkan matanya beberapa kali, setelah cowok itu menjauh. "Bule-nya bisa bahasa Indonesia, aduh malu banget gue!"

Lyra menutupi wajahnya, karena merasa malu telah memuji cowok tersebut, ia pikir bule tersebut tak mengerti bahasa Indonesia. "Dasar Lyra bodoh!"

"Lo memang bodoh! Yang pintar, kan gue," sela seseorang membuat Lyra mendengus sebal, ia melihat keranjang belanjaan milik Alvin, telah dipenuhi oleh berbagai macam varian rasa mie instant.

Lyra langsung menutup pintu kulkas pendingin, mendadak mood-nya hilang dan memilih untuk mengambil beberapa buah Es krim.

Lyra berjalan mengekori Alvin, hingga cowok itu berhenti mendadak, membuat dirinya terbentur punggung tegap cowok itu. Lyra mengusap pelan dahinya.

Ia mengikuti arah pandang Alvin dan melihat seorang anak kecil yang terjatuh, membuat Es krim yang dipegangnya jatuh.

Namun, dengan cepat seorang remaja pria yang sepertinya seumuran dengan mereka datang dan membantu anak kecil tersebut berdiri.

Mata Lyra membelalak saat menyadari cowok itu, yang tak lain adalah cowok bule tadi. Ia segera menyembunyikan wajahnya di punggung Alvin. 

Cowok bule itu berusaha menenangkan anak kecil itu, hingga seorang pria yang sepertinya adalah Ayah dari anak kecil tersebut datang.

Sejenak Lyra terpaku dengan senyuman cowok itu. "Senyum terindah yang pernah gue lihat."

Kemudian, Alvin menarik tangan Lyra menuju kasir, keduanya mengantre untuk membayar belanjaan mereka. 

Lyra menoleh ke belakang dan terkejut saat mendapati cowok bule itu mengantre di belakangnya. Ia segera kembali menghadap depan. 

"Buset, nggak baik menatap muka orang tampan terlalu lama. Nggak baik buat kesehatan jantung," batin Lyra.

Hingga tibalah saat untuk keduanya membayar, petugas kasir menghitung belanjaan mereka. "Totalnya, sembilan puluh ribu rupiah, Mas."

Alvin mengangguk singkat, kemudian merogoh saku hoodie miliknya, mencari dompet miliknya.

Setelah beberapa waktu, Alvin menoleh menatap Lyra. "Ra, kayaknya gue lupa bawa dompet!" bisiknya pada gadis itu.

Mata Lyra langsung melotot. "Gue tahu, ini cuma akal-akalan lo, doang! Vin, gila lo! Setiap pergi sama gue, lo pasti lupa bawa dompet!"

Alvin cukup sering lupa bawa dompet, hingga Lyra curiga jika cowok itu memang sengaja.

Tapi, sebenarnya Alvin selalu mengganti uang tersebut, bahkan berkali-kali lipat.

Coba bayangkan, kalau Lyra juga lupa bawa dompet. Mungkin, mereka berdua akan dibawa ke Kantor polisi.

Lihat selengkapnya