RATU SEJAGAT

Bintang Maharani Rahmania Putri
Chapter #9

Gadis Populer

Ketika mendengar nama The Fantasia Girl, apa yang terlintas di kepala kalian?


Dari namanya saja, telah menunjukkan siapa mereka sebenanya.


Tiga gadis manis yang dianugerahi paras rupawan bak dewi kayangan. 


Popularitas pun mereka dapatkan secara mudah hanya dengan kecantikan mereka.


Di suatu sekolah, pasti ada tipe siswi seperti mereka. Tipe siswi cantik dan fashionable yang berhasil menjadi pusat perhatian.


Yang pertama ada Valen, si gadis cantik dengan rambut panjang, pecinta teknologi terbaru. Jangan kaget, ketika gadis itu bergonta-ganti gadget. Valen selalu update tentang gadget terbaru.


Tipe pacar idaman.


Satu lagi, gadis itu memiliki bakat di bidang alat musik, yaitu ia mahir bermain biola. Seluruh siswa langsung terpanah, saat gadis itu memainkan biolanya. 


Yang kedua, ada Rania. Si gadis cantik yang terlihat kalem, hobinya fotografi.


Kamera tak terlepas dari lehernya, ia sangat suka memotret sesuatu. Jika Rania suka memotret pemandangan, maka para siswa suka saat memotret gadis itu.


Kecantikan Rania terlalu indah dan perlu diabadikan. Jika Valen terlihat lebih seperti seperti pacar idaman.


Maka, konsep Rania adalah cinta pertama. Siapa pun yang melihat gadis itu, akan langsung jatuh hati padanya. Dengan rambut pendeknya yang sebahu dan perawakannya yang sangat kalem dan menggemaskan, membuatnya pantas bergabung dengan The Fantasia Girl.


Yang terakhir, pemimpin dari The Fantasia Girl. Jelamaan dewi kayangan yang super update tentang dunia fashion dan make up. Tipe cewek dengan pembawaan anggun namun tetap berkarisma.


Kata pertama yang biasa diucapkan orang saat melihat wajahnya adalah.


CANTIK DAN TIDAK MANUSIAWI.


Kecantikannya ketiganya membuat hampir semua cewek iri. Apalagi mereka berasal dari latar belakang keluarga yang sangat terkenal dan berkecukupan.


Orang tua Valen, Papanya CEO sebuah perusahaan yang bergerak di bidang alat elektronik. Mamanya seorang Pengacara yang satu firma hukum dengan Ayah Aaron.


Orang tua Rania, Papanya seorang pemilik online shop terbesar di Indonesia. Mamanya seorang Dokter Bedah terkenal yang memiliki banyak pasiesn VVIP.


Sementara itu Lyra, Papanya adalah seorang pengusaha terkenal di bidang real estate. Mamanya adalah pemilik Florist yang sudah memiliki banyak cabang.


Terlahir dari latar belakang yang bagus, wajah rupawan membuat The Fantasia Girl mendulang popularitas di sekolah dengan mudah.


Mereka bukan geng yang suka membuly seperti yang biasa kalian tahu.


Saat mereka berjalan, koridor berhasil mereka sulap menjadi ajang fashion show dadakan.


Satu kekurangan mereka.


Mereka paling malas masuk kelas, kerjanya membolos saat pelajaran dan datang terlambat. 


Serta memakai seragam yang tidak sesuai aturan. Seperti memakai flat shoes.


Atau sneakers dengan warna mencolok dan aksesoris yang tak boleh digunakan seorang siswi. 


Intinya, mereka suka sekali menjadi pusat perhatian.


Senyum di wajah ketiga cewek cantik itu luntur, saat melihat Bu Meta menghampiri mereka dengan berkacak pinggang.


Bu Meta tersenyum semanis mungkin. "The Fantasia Girl. Jam berapa sekarang?"


Lyra melirik arloji yang melingkar manis di tangannya. "Jam satu. Karena, saya cuma pakai satu jam, Bu."


Rania dan Valen langsung tertawa seketika. Lyra dengan ekspresi santainya menatap Bu Meta dengan puppy eyes-nya.


"Pukul sepuluh kalian baru datang ke sekolah?! Kenapa kalian bertiga selalu terlambat setiap hari?!" pekik Bu Meta. Lengkingan suaranya berhasil membuat ketiga cewek cantik itu menutup telinga seketika.


"Ah, masa iya udah jam sepuluh? Perasaan jam di rumah saya masih menunjukkan pukul tujuh pagi," canda Valen yang melemparkan senyuman manis ke Bu Meta.


Bu Meta berusaha menahan emosinya, ia menghela napas dalam-dalam kemudian mengembuskannya perlahan.


"Ibu lagi mau ngelahirin?" celetuk Lyra asal, yang membuat darah Bu Meta semakin mendidih.


"Bersihkan lapangan Upacara sekarang juga!" seru Bu Meta membuat tiga gadis cantik itu mendumel sebal.


Sebelum melaksanakan tugas mereka, ketiga gadis cantik itu mengeluarkan sunscreen dari dalam tas mereka. 


"Biar kulit kita nggak terbakar, Bu."


Bu Meta hanya bisa berkacak pinggang. Tiga gadis cantik itu mulai membersihkan lapangan menggunakan sapu lidi dan serok sampah.


Daripada belajar di kelas, mereka bertiga justru lebih suka dihukum dan tak belajar. Katanya Lyra, sih dia bosan kalau di dalam kelas. 


Bawaannya ngantuk mulu.


Sungguh, tak patut ditiru siapa pun.


Bu Meta mangawasi dari pinggir lapangan. Matanya tak luput sedetik pun dari ketiga cewek cantik yang dijuluki Badgirl SMA Permata. Karena, kerjaan mereka yang bolos dan suka terlambat.


"Rania, kenapa rambut kamu diwarnai?!" seru Bu Meta yang baru menyadari jika Rania mengecat rambutnya berwarna ungu tua.


"Biar gaul, lah Bu! Ibu mau saya rekomendasiin warna rambut baru nggak? Warna merah bagus untuk Bu Meta, biar kayak angry bird," sahut Rania santai, membuat tawa Valen dan Lyra pecah seketika.


"Valen, itu sepatu kamu, kok, warna pink?!" tegur Bu Meta, yang kali ini menegur Valen yang menggunakan sneakers berwarna pink. Padahal sesuai aturan sekolah, para siswa harus menggunakan sepatu berwarna hitam atau putih saja.


"Ini tuh sebenarnya warna putih, Bu. Cuma, sepatu putih saya pas dicuci kelunturan liptint saya, Bu. Jadilah berubah warna menjadi pink. Bukan salah saya, kan, Bu?" Valen membalas perkataan Bu Meta dengan alasan yang sangat mengada-ada.


Bu Meta memilih mengelus dada. Ia sudah terbiasa dengan kelakuan The Fantasia Girl.


Sampai-sampai, pernah satu hari The Fantasia Girl tak berbuat ulah, ia malah jadi pusing sendiri. Ia jadi merindukan ketiga gadis itu.


Lihat selengkapnya