"Penolakanmu, membuatku semakin ingin mengenalmu. Kau telah menantang seseorang yang salah. Seseorang yang tak akan membiarkan dirinya menelan kekalahan dan selalu mendapatkan yang ia inginkan. Welcome to my world, Darren!"-Lyra.
Sebuah mukjizat bagi seluruh anggota keluarga Lyra, karena melihat gadis cantik itu telah siap dengan seragamnya dan duduk manis di meja makan. Bahkan, ia lebih dulu sampai di ruang makan, dibandingkan Alfa.
"Kesambet apaan, lo? Pagi-pagi udah rapi gini," kata Alfa sambil tersenyum miring.
"Kesambet cintanya Alvin," celetuk Lyra asal, sambil memainkan ujung rambutnya.
"Lo takut gue tinggal lagi, ya?" Alfa mencoba menerka alasan Lyra yang pagi ini terlebih dahulu tiba di meja makan.
Lyra menggeleng pelan. "Nggak tuh. Gue nggak butuh tumpangan lo lagi, mulai hari ini."
"Memangnya lo udah dibolehin bawa mobil sendiri? Jangan bilang lo mau bareng Alvin, bukannya dia setiap hari berangkat sama Olivia? Atau lo bareng Ayah Aaron?" Alfa bertanya layaknya polisi yang sedang menginterogasi seorang maling.
"Ada deh," jawab Lyra dengan senyuman misterius. Membuat Alfa menjawir hidung adik kembarnya itu.
"Halah, sok-sok misterius."
Setelah selesai sarapan, gadis itu langsung berlari kecil menuju rumah Ayah Aaron. Tepat seperti dugaannya, Karell telah rapi dengan seragam sekolah barunya.
Hari ini adalah hari pertama Karell resmi menjadi siswa SMA Permata.
"Eh, Lyra. Ngapain ke sini pagi-pagi?" tanya Ayah Aaron, membuat Lyra memanyunkan bibirnya. "Ayah, kok gitu. Mentang-mentang ada Karell, Lyra jadi dicuekin. Ayah tega, Lyra ngambek, nih."
Aaron tertawa pelan. " Ya ampun, Ayah cuma bercanda, Ra."
"Morning, Karell," sapa Lyra pada Karell yang telah mencangklong tasnya.
Karell hanya membalasnya dengan gumaman singkat. Tak berniat terlibat masalah dengan Lyra pagi ini.
Melihat respon Karell yang mengecewakan, Lyra kembali mengerucutkan bibirnya. "Karell, coba tanya sama Ayah Aaron, sopan kah menjawab sapaan seseorang dengan gumaman?!"
Karell menaikkan sebelah alisnya. Pagi-pagi gadis itu sudah cerewet dan merusak mood-nya.
"Morning, Lyra! Puas?!" balas Karell dengan terpaksa. Lyra membalasnya dengan tersenyum manis.
"Ayah, masa Mama Raisa belum mengizinkan Lyra bawa mobil, hari ini. Terus, Alfa mau jemput gebetannya, Mang Jafar belum beres nyuci mobil. Alvin juga jemput pacarnya. Papa sibuk sama klien. Lyra bingung harus berangkat sama siapa?" keluh Lyra yang sebenarnya hanyalah kebohongan dan alasan semata.
Padahal, Alfa belum punya gebetan.
Papa Evan, baru akan berangkat ke kantor siang nanti.
Mang Jafar, sebenarnya selalu siap kapan pun untuk mengantarkan Lyra.
Alvin, memang biasanya berangkat bersama Olivia.
Lyra bisa saja memesan kendaraan online, namun ia memilih untuk modus terlebih dahulu.
"Kamu mau berangkat sama Ayah, gitu?" tanya Aaron yang belum mengerti sinyal kode dari Lyra.
"Yaudah, ayo! Ayah antarin," balas Aaron dengan senang hati, bersedia mengantarkan Lyra ke sekolahannya.
"Loh, bukannya Ayah pagi ini ada meeting sama pangeran dari Dubai?" ujar Lyra tiba-tiba, membuat Aaron mengernyitkan dahi. "Dubai?"
Lyra berdecak pelan, kemudian mengedipkan sebelah matanya. "Iya, kan, Yah? Ayah masa lupa, sih. Kan, kemarin Ayah sendiri yang bilang sama Lyra."
"Ayah lupa, nih pasti," sambung Lyra menatap memohon kepekaan Ayah Aaron.
'Yah, Lyra mau berangkat bareng Karell,' batin Lyra sambil melakukan telepati pada Ayah Aaron.
Beberapa waktu kemudian, Aaron baru mengerti sinyal dari Lyra. "Oh, kalau gitu kamu berangkat sama Karell aja. Nggak apa-apa, kan, Rel?"
Karell hanya bisa menghela napas pasrah. Kemudian, mengangguk dengan berat hati. Pagi harinya sudah hancur, karena direcoki oleh gadis bernama Lyra.
Keheningan menyelimuti mobil yang dikendarai oleh Karell. Tak lain, karena Karell yang fokus menyetir dan Lyra yang fokus memandangi Karell.
Karell berdecak pelan. "Berhenti mandangin wajah gue!"
"Mumpung mandangin wajah orang ganteng itu, gratis!" balas Lyra santai.
Lyra tersenyum miring, saat mobil yang mereka tumpangi sampai di parkiran SMA Permata. Ia tak bisa membayangkan, bagaimana reaksi para siswi saat melihat dirinya turun dari mobil yang sama dengan Karell.
"Lo mau gue antarin ke kelas lo?" tawar Lyra setelah turun dari mobil.
"Gue udah tahu tempatnya," jawab Karell singkat.
"Yah, gagal modus!" keluh Lyra pelan. Rencananya mau modus, langsung dipatahkan oleh cowok itu.
Mata Karell tertuju pada sosok gadis yang baru memasuki gerbang SMA Permata, tak lain adalah Stella.
Senyum di bibirnya langsung mengembang. "Stella!"
Stella tersenyum simpul pada Karell dan menghampiri cowok itu. "Oh, hai, Karell!"
"Hari ini lo udah mulai sekolah?"
Karell tersenyum, menampilkan deretan giginya yang tersusun rapi. "Iya. Gue masih belum terlalu ingat jalan menuju kelas kita."
"Bareng gue aja, kan kita sekelas," balas Stella antusias. Kebetulan, Karell masuk kelas yang sama dengan gadis itu.