RATU SEJAGAT

Bintang Maharani Rahmania Putri
Chapter #16

Deal?

Lyra tak bisa menyembunyikan wajah bahagianya, apalagi saat Karell menjemputnya di depan kelasnya. Sontak peristiwa itu menjadi buah bibir semua orang.

Karell bahkan tersenyum, kemudian keduanya berjalan beriringan menuju rooftop.

"Apa yang mau lo bicarakan?" 

Lyra melipat kedua tangannya di depan dada. "Jangan bilang kalau lo udah jatuh cinta sama gue."

Karell menyugar rambutnya ke arah belakang."Lo mau nggak jadi pacar gue?"

Deg!

Rahang Lyra mengeras saat mendengar hal itu, ia merasakan jantungnya berhenti berdetak untuk sesaat. Ia bahkan tersedak ludahnya sendiri.

"Pacar?" tanya Lyra memastikan, jika yang ia dengar barusan tidak salah.

Lyra terpaku pada pemandangan yang ditatap olehnya saat ini. Momen saat wajah tampan Karell terlihat jelas dari sisi samping, ditambah angin yang menyapu wajahnya membuat helaian rambutnya berterbangan.

Ditambah dengan senyumannya, yang membuat jantung Lyra berdangdut-ria untuk ke sekian kalinya. "Ya. Pacar gue."

Senyuman Karell, menjadi salah satu candu bagi Lyra. Ya, walaupun Karell tak pernah tersenyum kepadanya, namun danau telah menjadi saksi betapa membiusnya senyuman cowok itu.

Orang yang jutek kepada Lyra, namun sekalinya Karell tersenyum, dunia seolah runtuh.

Sebuah senyuman terbit di wajah Lyra. "Sudah gue duga, cepat atau lambat lo akan jatuh cinta sama gue. Sok jual mahal."

"Lo tahu, kan menjadi pacar lo adalah cita-cita gue saat ini," lanjut Lyra sambil tersenyum manis.

Karell mengeluarkan sebuah kertas dari dalam saku celananya. Kemudian, memberikan kertas tersebut pada Lyra.

Lyra membacanya dengan seksama, matanya membelalak seketika. Beralih menatap Karell.

"Apa maksudnya?" Lyra menatap Karell dengan tatapan tak percaya.

"Lo mau nggak, kalau kita pacaran kontrak? Simbiosis mutualisme. Akan saling menguntungkan satu sama lain," jawab Darren santai sambil memasukkan kedua tangannya di saku celana.

Lyra memijat pangkal hidungnya pelan. "Otak gue masih belum bisa mencernanya. Asal lo tahu, nilai Matematika gue nggak pernah di atas dua puluh. Jadi, lo nggak benar-benar suka sama gue?"

"Gue memang nggak berniat untuk suka sama lo dari awal," balas Karell santai.

Lyra memejamkan matanya spontan, entah mengapa rasanya sesakit ini. Saat Karell mengatakan hal itu. Padahal, ia yakin hanya sebatas mengagumi ketampanan Karell.

"Terus?"

"Lo tahu, kan kalau gue suka sama Stella. Gue nggak boleh terlihat rendah di mata dia. Gue yakin, Stella pasti punya rasa suka untuk gue, walaupun sedikit. Untuk membuktikannya, gue harus mempunya pacar yang lebih dari Stella," tutur Karell dengan nada setenang mungkin.

Karell melirik Lyra sekilas. "Gue akui lo lebih cantik dari Stella. Tapi, mungkin image dan kecerdasan lo yang kurang. Lo juga punya popularitas di sekolah ini. Kalau gue membantu lo untuk berubah sedikit, lo akan terlihat lebih baik dari Stella."

"Gue akan membantu lo merubah image dan mengajari lo dalam hal pelajaran. Setelah itu, Stella menyadari rasa sukanya ke gue dan kembali ke gue. Gue yakin Stella suka sama gue." Karell menatap lurus ke depan.

Lyra terkekeh miris. "Lalu apa keuntungannya buat gue? Kalau ujung-ujungnya agar Stella sama lo?"

Satu nama yang terucap dari bibir Karell, membuat Lyra terkejut. "Alvin."

Karell menoleh menatap Lyra, kali ini tatapannya seperti orang yang putus asa. "Hanya ada satu cara, kalau lo mau membuktikan Alvin suka sama lo. Cari pacar yang lebih baik dari dia, lebih dari segi apa pun. Dengan begitu, lo bisa tahu bagaimana perasaan Alvin ke lo."

Lyra tertawa. "Lo pikir cara itu akan berhasil? Lo udah tahu, kan kalau gue selalu gonta-ganti pacar. Alvin nggak merespon apa pun."

Tatapan mata Karell kembali menikam iris mata Lyra."Itu karena semua mantan pacar lo, pasti nggak melebihi Alvin, kan? Makanya dia merasa aman-aman aja. Coba kalau lo dapat yang lebih atau minimal sebanding dengan dia. Gue yakin responnnya akan beda. Untuk hal ini, lo bisa mengandalkan gue."

Lyra mengepalkan tangannya erat. Di satu sisi, ia tak ingin mempercayai omongan Karell. Namun, hati kecilnya mengatakan jika yang dikatakan cowok itu ada benarnya. Selama ini, semua mantannya tak ada yang melebihi Alvin.

Lyra menatap Karell, pandangan keduanya beradu. Wajah Karell lebih tampan dari Alvin, ia juga tergolong pintar dan sekelas dengan Alvin.

Lyra membaca kontrak pacaran tersebut:

1. Lyra dan Karell harus berpura-pura menjadi pasangan di depan banyak orang.

2. Lyra harus merubah image badgirl-nya dan belajar dengan giat. 

3. Karell akan membatu Lyra dalam hal pelajaran.

4. Baik Lyra dan Karell hanya sebatas pacar kontrak, sampai batas yang ditentukan. 

5. Lyra dan Karell akan putus, setelah Karell mendapatkan Stella. Dan Lyra mendapatkan Alvin.

"Bagaimana? Lo setuju?" tanya Karell. 

"Ini akan sangat menguntungkan buat lo juga. Gue akan mengumumkan, kalau gue yang suka sama lo duluan di depan banyak orang. Dengan begitu, semua orang akan menganggap lo yang memenangi taruhan dan gue yang kalah," terang Karell yang menatap Lyra penuh harap.

Pikiran Lyra berkecamuk hebat, seandainya Karell tahu, jika Lyra yang membuat Alfa berani menyatakan perasaan pada Stella. Apa yang akan Karell pikirkan?

Tapi, dengan adanya kontrak pacaran ini, maka Lyra bisa memulihkan harga dirinya di depan banyak orang.

Lihat selengkapnya