RATU SEJAGAT

Bintang Maharani Rahmania Putri
Chapter #17

Terlahir Kembali

Lyra membuka jendela kamarnya, menghirup dalam-dalam udara pagi yang segar. Ia telah mandi dan menggunakan baju santai. Gadis cantik itu membuka lemarinya, mencari seragam miliknya yang sesuai standar SMA Permata.

Seperti yang semuanya tahu, jika seragam milik Lyra sudah ia modifikasi sedemikian rupa. Gadis manis itu berdecak pelan, saat melihat seragam miliknya tak ada yang sesuai standar. Rata-rata panjang rok-nya di atas lutut.

Lyra menjentikkan jarinya, saat mengingat seragam yang beberapa hari yang lalu dibelikan oleh Alvin. Seragam itu masih baru dan sesuai standar.

Lyra menatap pantulan dirinya di cermin rias dan bergumam sendiri. "Lyra, kamu memang terlahir untuk menjadi Ratu Sejagat SMA Permata."

Sebenarnya, peraturannya tidak boleh menggunakan make-up berlebih, seperti yang ia lakukan selama ini. Mulai hari ini, ia akan memakai riasan tipis yang terlihat natural untuk bersekolah.

Lyra memoleskan pelembab pada wajahnya, sunscreen dan bedak tipis. Tak lupa, ia menyapukan lipbalm tipis pada bibirnya. Rambutnya, ia ikat menjadi satu seperti ekor kuda.

Setelah selesai memakai make up, Lyra menatap pantulan dirinya di cermin. Seragam yang sesuai aturan dan make-up yang tipis adalah penampilan terbaru Lyra.

Sesuai janjinya pada Darren yang tertera pada surat kontrak pacaran, jika ia harus merubah image-nya menjadi Goodgirl.

Lyra menggaruk pelipisnya yang tak gatal, ia bingung dengan buku yang harus ia bawa. Karena, biasanya ia hanya membawa satu buku tulis dan pulpen modal pinjam dari Rania.

Buku tulis itu pun masih bersih, belum ternoda. "Gila, gue udah di kelas 11 selama empat bulan, belum pernah mencatat sedikit pun."

"Wajar, sih, kerjaan gue, kan bolos pelajaran terus," lanjut gadis itu.

Lyra akhirnya memutuskan membawa lima buah buku tulis baru. Buku paket, ia bisa pinjam pada Ketua Kelas. Lagipula, ia saja tak ingat jadwal pelajaran hari ini apa.

Lyra mengangkat tasnya, yang telah terisi perlengkapan belajar, ya walaupun sebagian hasil ia meminta dari Alfa. "Beban terberat yang pernah punggung gue angkat."

Lyra menatap sendu pada alat-alat make-upnya. "Maaf, ya, guys, mulai sekarang gue nggak bisa bawa kalian ke sekolah. Beristirahatlah dengan tenang dan nyaman di rumah. Selama ini kalian telah bekerja keras, menemani diriku ke mana pun."

Ok, sepertinya Lyra mulai gila.

Lyra menggunakan ikat pinggang dan sepatu yang sesuai standar. Ia memakai sneakers berwarna putih, untuk pertama kalinya. Karena, biasanya ia memakai flat shoes yang jelas melanggar peraturan.

Ketika semuanya hampir selesai, Lyra menatap kosong pada dasi yang berada di tangannya. "Ini cara pakainya gimana, ya?"

Lyra memasukkan dasi miliknya di dalam tas, ia berencana meminta Bu Meta-Guru BK kesayangannya untuk mengajarinya memakai dasi. Selama bersekolah, ia belum pernah menggunakan dasi.

Bahkan, saat upacara hari Senin, Lyra memilih dihukum dan berdiri di barisan siswa yang dihukum daripada harus memakai dasi.

Kalau bukan karena Tante Lucy-Mamanya Alvin, Kepala sekolahnya, mungkin Lyra, Rania dan Valen telah didepak dari SMA Sparkle.

"Siap! Hari pertama jadi goodgirl! Semangat!" ucap Lyra menyemangati dirinya sendiri.

Ia turun dari kamarnya yang berada di lantai dua dan menuju ruang makan. Semua anggota keluarganya telah berkumpul di meja makan.

BYURR!

Evan-Papanya Lyra bahkan langsung menyemburkan kopi yang ia minum, saat melihat penampilan Lyra yang rapi dan berbeda dari biasanya.

Oma dan Opanya juga ikut meniti penampilannya dari atas hingga bawah, dengan mulut yang terbuka. "Ini, cucu kita, Oma? Si Lyra?"

Raisa yang beru kembali dari dapur sambil membawa sepiring telur dadar hampir menjatuhkan piringnya, untung saja Alfa sigap membantunya.

Lyra tersipu malu, kemudian menyalipkan rambutnya di telinganya. "Kenapa pada ngelihatin aku kayak gitu, sih?! Seharusnya kalian sudah terbiasa dengan kecantikan yang aku miliki. Kalian masih tersepona? Sungguh, kecantikanku telah melampaui batas."

Alfa memegang kening Lyra. "Panas, Ma!"

"Ini mah, harus diruqiyah! Nggak waras, ih, si Lyra!" celetuk Mama Raisa membuat Lyra mengelus dada pelan.

"Kesambet apaan, kamu? Kesambet siswa budiman apa gimana?" Papa Evan mengerjapkan matanya beberapa kali. Memastikan yang ia lihat saat ini adalah putrinya. Bukan manusia jadi-jadian.

"Rok yang di bawah lutut, baju yang tidak ketat, menggunakan sneakers berwarna putih, make-up yang terlihat natural, rambut yang ditata rapi, menggunakan ikat pinggang. Ada yang salah? Seharusnya beginilah penampilan siswa yang sesuai aturan," tutur Lyra dengan senyuman yang mengembang, layaknya bunga-bunga yang bermekaran di taman.

Alfa langsung menoyor kepala adik kembarnya, itu. "Bukan adik gue si Lyra, fix!"

"Kak Alfa! Adiknya berubah sesuai aturan salah. Terus maunya aku jadi anak nakal selamanya, gitu?! Bukannya bersyukur juga!" sinis Lyra sambil memanyunkan bibirnya.

Melihat hal tersebut, Mama Raisa langsung memukul pelan bahu Alfa. "Iya, ih! Ini, mah kita harus tumpengan! Lyra, goodjob girl!"

Lyra duduk di kursi makannya. "Ma, berikan Lyra makan yang bergizi untuk menunjang pembelajaran di sekolah. Karena, mulai hari ini, Lyra akan bertempur di medan ilmu."

Raisa sampai menitikkan air mata harunya. "Baiklah putriku, semoga kau sukses, Nak!"

Setelah selesai sarapan, Lyra langsung bergegas ke luar rumah. Di depan gerbang rumahnya, Karell telah duduk manis di mobilnya. Cowok itu telah mengiriminya pesan tadi pagi, jika mulai hari ini, sebagai salah satu rencana sandiwara pasangan, ia akan menjemput dan mengantar Lyra.

Lyra mengetuk pelan kaca mobil Karell, cowok yang sedang fokus memainkan ponsel miliknya terkejut saat melihat Lyra. Karell menurunkan kaca mobilnya.

Lyra hanya bisa menggigit bibir bawahnya, jujur ia sangat gugup dan menanti pendapat Karell. Apakah ini sesuai yang diinginkan cowok itu?

Sejenak, Karell terpaku pada penampilan Lyra, cewek itu terlihat lebih cantik saat menggunakan riasan yang natural. Aura kecantikannya lebih terpancar.

"Sorry, ya, kalau nggak sesuai ekspetasi lo. Apa gue perlu pakai kacamata?"

Karell tertawa lepas, saat mendengar perkataan Lyra. Seolah beban hidupnya selama beberapa bulan terakhir terangkat sejenak. Giliran Lyra yang terpaku sejenak, saat melihat Karell yang tertawa lepas seperti itu.

Ini adalah kejadian langka bagi seorang Lyra!

Karell yang selalu cuek dan berwajah datar saat menatap dirinya, tiba-tiba tertawa saat menatapnya.

"Sekarang, lo terlihat lebih cantik," ucap Karell tulus, membuat Lyra berusaha mengontrol detak jantungnya.

"Hah? Lo bilang apa barusan?" pancing Lyra agar Karell mengulangi perkataannya.

"Buruan masuk! Lo nggak mau terlambat ke sekolah, kan?"

Lyra berpura-pura memanyunkan bibirnya, kemudian masuk ke dalam mobil Karell. Sepanjang perjalanan, keheningan menyelimuti mobil Karell.

Lyra sibuk memainkan ponselnya dan Karell yang fokus menyetir. Tanpa keduanya sadari, Alvin mengikuti mereka menggunakan motor. 

Lihat selengkapnya