Sesuai perjanjian, Lyra akan membantu Karell untuk mendekati Stella. Salah satu ide yang terlintas di kepala Lyra adalah melakukan double date.
Stella dan Alfa, serta Karell dan Lyra.
Tapi, ia harus mengatur rencana agar terlihat sangat natural. Lyra menyelinap masuk ke kamar Kakak kembarnya. Ia bernapas lega saat mendengar suara gemericik air dari kamar mandi, sepertinya Alfa sedang berada di kamar mandi.
Ia membuka ponsel Alfa, kemudian mencari room chat Alfa dan Stella. Lyra tersenyum, saat melihat jika besok Alfa berencana mengajak Stella, untuk Kencan di Mall Taman Anggrek. Kebetulan esok adalah hari Minggu.
Lyra langsung bergegas keluar kamar Alfa, sebelum ketahuan. Ia tersenyum simpul, kemudian mengirim pesan ke Karell.
Alyra Arunika : Besok, Alfa sama Stella mau ngedate ke Mall Taman Anggrek.
Darren Van Senna : Oke. Besok kita juga ke Mall Taman Anggrek.
Lyra memasukkan ponsel miliknya ke dalam saku celananya, besok akan menjadi hari yang melelahkan. Ia harus bersandiwara menjadi pacar Karell, di depan Stella dan Alfa.
Keesokan paginya, Lyra telah siap. Ia memilih menggunakan kaos berwarna hitam, celana jeans berwarna putih dan sneakers berwarna putih.
Setelah rapi, ia langsung turun ke bawah dan melihat Karell sedang berbincang dengan Papa Evan dan Ayah Aaron.
Ya, kedua kakak beradik itu menghabiskan waktu bersama, jika di akhir pekan seperti ini.
"Pa, Yah, kita pamit dulu, ya. Lyra mau temanin Karell ke toko buku," pamit Lyra sambil menyalimi tangan Papa Evan dan Ayah Aaron. Diikuti oleh Karell, melakukan hal yang sama.
Evan dan Aaron mengerling jahil dan meledek Lyra dan Karell. Ya, mereka memutuskan memberitahu keluarga mereka, jika keduanya telah berpacaran.
"Dasar anak muda! Bilang aja mau kencan!" ejek Ayah Aaron, membuat Lyra tersenyum masam.
"Rel, jaga anak Om, yah! Kalau Lyra sampai lecet sedikit aja," jeda Papa Evan membuat Karell menelan ludahnya kasar.
"Ya, diobatin, dong!" imbuh Papa Evan sambil tersenyum, membuat Karell yang sempat menahan napas menjadi lega.
Evan memegang bahu Karell. " Om setuju kalian berdua pacaran. Jaga Lyra seperti kamu menjaga dirimu sendiri, ya!"
Karell mengangguk pelan. "Tenang aja, Om. Saya akan menjaga Lyra dan selalu membuatnya bahagia."
Mendengar hal tersebut, Lyra menoleh dan menatap Karell. Hatinya menghangat, hanya karena Karell mengucapkan hal tersebut.
Namun, kenyataan jika Karell dan ia hanya menjalankan kontrak, membuat senyum di wajah Lyra luntur.
Keduanya bergegas menuju Mall Taman Anggrek, untuk membuntuti Alfa dan Stella.
Alfa telah berangkat satu jam lebih awal dari mereka.
***
Lyra membenarkan letak sling bag miliknya, saat keduanya menaiki eskalator. Mall terlihat ramai, mungkin karena akhir pekan. Banyak orang yang datang dengan pasangan, teman bahkan keluarga hanya untuk berkeliling dan membeli sesuatu.
Lyra sadar, ketika beberapa remaja perempuan seumuran dengannya, dengan terang-terangan menatap Karell. Wajar, wajah pacarnya itu sangat tampan. Berhasil memikat para gadis dalam sekejap mata.
Beberapa bahkan ada yang memotret Karell diam-diam. Lyra berusaha mengalihkan pandangan ke arah lain.
Karell merasakan hal yang sama, ia merasa Lyra menjadi pusat perhatian. Beberapa remaja pria yang berpapasan dengan gadis itu pasti membelalakkan matanya. Pasti, karena terpesona dengan wajah cantik Lyra.
Bahkan, pria yang telah menggadeng tangan pacarnya, tetap berpaling dan menatap Lyra dengan tatapan kagum.
Mereka sadar, jika mereka telah menjadi pusat perhatian, setelah memasuki Mall. Tubuh yang proporsional, wajah yang menawan dan penampilan yang fashionable, berhasil membuat keduanya menjadi pusat perhatian banyak orang.
Karell mendecak kasar, kemudian merangkul bahu Lyra. "My Queen, kamu mau makan es krim, nggak?"
Lyra melotot menatap Karell, kemudian menaikkan alisnya.
"Sandiwara," bisik Karell pelan, pada telinga Lyra. Gadis itu langsung mengangguk paham.
"Of course, My King. Di kedai es krim, langganan kita, kan?" sahut Lyra sambil memasang senyuman manisnya.
"Yes. My Queen," balas Karell, dengan nada yang dinaikkan. Membuat tatapan kekecewaan terpancar dari banyak orang. Setelah keduanya, dengan tersirat memperjelas hubungan keduanya.
Karell beralih, menautkan jemarinya pada jari Lyra dan tersenyum simpul. Jangan tanyakan bagaimana jantung Lyra, yang diibaratkan sudah terjun bebas ke lantai dasar.
Mereka memutuskan memasuki kedai es krim, langganan Lyra.
"Tujuan kita ke sini, buat ngikutin Stella dan Alfa. Bukannya santai-santai makan es krim," decak Karell.
"Terus lo mau apa? Keliling Mall ini buat nyari mereka? Yang ada mereka keburu pulang," jawab Lyra santai sambil membuka buku menu.
"Lo suka es krim rasa apa?" tanya Lyra pada Karell.
"Samain aja, kayak lo," balas Kare singkat.
Lyra memesan dua mangkuk es krim rasa vanila untuk mereka, setelah es krim datang Lyra langsung menyuapkan satu sendok penuh ke dalam mulutnya.
"Jadi, apa rencana lo?"
Lyra memutar matanya malas, kemudian menyodorkan satu sendok es krim ke Karell. Awalnya, cowok itu ingin menolaknya, namun akhirnya pasrah menerima suapan dari Lyra.
"Jam setengah dua belas siang nanti, Alfa sama Stella pasti datang ke Restoran yang ada di sebrang kedai es krim ini," jelas Lyra sambil merasakan sensasi dingin dari es krim yang meleleh di mulutnya.