RATU SEJAGAT

Bintang Maharani Rahmania Putri
Chapter #22

Teror lagi?

Rania dan Lyra hanya bisa mematung tepat di depan papan mading. Rahang Lyra mengeras seketika, ia menoleh dan mendapati sosok Rania dengan wajah datarnya.

Kini, semua orang berkumpul di depan mading, sambil berbisik-bisik dan menatap Rania.

Di papan mading tertera, foto Rania dengan Kakeknya. Orang yang paling ia sayangi, namun masalahnya, Kakeknya adalah terpidana kasus korupsi yang sedang berada di tahanan.

Orang yang sangat Rania sayangi dan hormati, namun ia terpaksa menyimpan semua rahasia itu. Jika, ia adalah cucu dari Theo Abimana, Direktur sebuah perusahaan yang tertangkap akibat dugaan kasus korupsi dan pencucian uang.

Tak banyak yang mengetahui, jika Kakeknya telah dijebak oleh rekannya sendiri. Bahkan, hingga saat ini, keluarga besar Rania melalui kuasa hukumnya selalu mengusahakan yang terbaik.

Mereka yakin, suatu saat akan mengumpulkan bukti jika Kakek Theo tidak bersalah.

Rania memang menutup rapat masalah keluarganya dari banyak orang, hanya The Fantasia Girl yang mengetahui identitas keluarganya. Para siswa lain, hanya tahu jika Rania berasal dari keluarga mampu, Papanya seorang pemilik Aplikasi Belanja Online terbesar di Indonesia.

Namun, memang sejak dulu, Kakeknya memiliki prinsip agar anak-anaknya sukses dengan usahanya sendiri. Tanpa bayang-bayang kesuksesan dirinya. Inilah mengapa kehidupan Kakeknya dan Keluarganya sangat privasi.

Makanya, saat Kakeknya tersandung kasus korupsi, tak berimbas ke anak-anak dan cucu-cucunya.

Kini, semuanya terbongkar di depan umum. Entah siapa yang membeberkan hal ini.

"Cucu Koruptor ternyata!"

"Pantas aja cantik, perawatan pakai uang korupsi ternyata!"

"Percuma pakai barang-barang branded, tapi hasil uang haram!"

Rania tertawa miris, kemudian mengadahkan kepalanya. Melempar tatapan tajamnya ke semua orang. "Tahu apa kalian tentang keluarga gue? Tahu apa kalian tentang Kakek gue?!"

"Kalian, nggak tahu apa-apa tentang Kakek gue! Beraninya berbicara, saat kalian hanya mendapatkan informasi dari orang yang bahkan nggak berani menunjukkan dirinya. Bersembunyi layaknya pengecut!" sinis Rania yang kemudian mencangklong tas-nya dan berjalan kembali ke kelasnya.

Berusaha menulikan pendengarannya, Rania hanya bisa menahan emosinya. Siapa sosok yang berani menyebarkan berita ini?

Lyra terkejut, saat seseorang menabrak bahunya. Emosinya semakin menjadi saat mengetahui sosok Olivia yang pasti dengan sengaja menabrak bahunya.

"Ups, sorry, gue sengaja!" Olivia berucap sambil tersenyum manis. Senyum layaknya psikopat.

Olivia memegang pundak Lyra. "Suka dengan hadiahnya, The Fantasia Girl? Selamat menikmati waktu kehancuran kalian," bisik gadis dengan wajah songong itu, kemudian berlalu dan memasang wajah tanpa dosa.

Lyra mengepalkan tangannya erat, wajah Lyra semakin memerah akibat menahan emosi, saat melihat Stella dan Karell berjalan beriringan dari koridor. Keduanya terlihat seperti sedang mendiskusikan suatu satu sama lain.

Pagi ini, Alvin memaksa Lyra agar berangkat bersamanya. Alhasil, Karell berangkat sendirian.

"Serasa dunia milik mereka berdua," cibir Lyra, kemudian berjalan, berpura-pura tak melihat Karell.

Ia terkejut, saat Karell mencekal tangannya. "Lo mau apa, hah?"

Karell mengerjapkan matanya beberapa kali, saat Lyra memasang wajah jutek dan nada suara yang tinggi. "Lo yang kenapa?"

Menyadari tatapan Stella, Lyra langsung berdeham singkat. "Nggak apa-apa, kok. Gue cuma mikirin jam pertama, pelajaran Matematika di kelas gue."

Karell menghela napas lega. Lalu, mengeluarkan buku paket Matematika miliknya, dari dalam tas dan menyerahkannya ke Lyra. "Nih, pakai buku gue. Rumus-rumus dan trik cepat udah gue tulisin di situ. Nanti, lo balikin ke gue pas istirahat, ya!"

Lyra mengangguk pelan. "Oke."

"Good girl, nanti sore kita mulai belajar bareng. Lo persiapkan diri, gue yang akan menjadi guru lo!" canda Karell sambil menepuk pelan puncak kepala Lyra. Tak lupa sebuah senyuman manis, yang ia lengkungkan untuk Lyra.

Lyra terpaku menatap Karell, mengapa jantungnya kembali berdetak tak karuan, hanya karena melihat Karell tersenyum?

Lyra mendadak berharap, jika senyum Karell tulus untuknya.

Namun, ia kembali ke realita, saat melihat Stella yang berdiri di samping Karell. "Gue duluan, ya!"

Karell tanpa sadar terus tersenyum, saat melihat punggung Lyra semakin menjauh.

"Lo ternyata pacar yang romantis," celetuk Stella, yang sejak tadi menjadi saksi interaksi Lyra dan Karell.

"Gue bukan cowok yang romantis," bantah Karell.

"Kenapa kalau gue romantis? Lo mau jadi pacar gue?" tantang Karell, yang berniat bercanda.

"Apa gue masih bisa jadi pacar lo?" 

Karell menatap Stella, saat gadis itu mengeluarkan kalimat yang membuat dirinya terkejut.

Sejenak, keduanya saling bertatapan satu sama lain, keheningan tercipta di antara keduanya.

Alfa yang baru sampai terkejut, saat melihat Stella dan Karell saling bertatapan satu sama lain. Cowok itu langsung lewat di antara keduanya, sengaja agar memutus kontak mata Stella dan Karell. "Minggir! Jangan menghalangi jalanan!"

Karell dan Stella langsung kembali ke kenyataan dan melempar senyum canggung satu sama lain.

 Melihat Alfa, Stella langsung mengejar cowok itu dan mencoba merangkul lengan Alfa. Yang pagi ini, terlihat jutek.

Karell memasukkan kedua tangannya di saku celana dan tersenyum simpul.

Di sisi lain, Lyra hanya bisa menghela napas berat saat melihat Rania yang terlihat melamun dan seluruh teman kelas mereka yang menatap Rania.

Lyra terkejut, saat beberapa anak teman sekelas mereka memberikan beberapa makanan di atas meja sahabatnya itu.

"Nyokap gue bawain roti tadi, Ran. Gue udah kenyang, jadi mending buat lo, aja," ujar salah satu gadis bernama Rika.

"Minumnya susu coklat! Biar lo lebih semangat. Pagi ini, kita harus sarapan Matematika," canda Romy, yang merupakan salah satu siswa, yang menjadi pelawak di kelas.

"Anak-anak udah gue ceramahin, kalau nggak boleh jauhin Rania. Kita harus tetap mendukung dia, perbuatan Kakeknya memang salah. Tapi, Rania tetap teman sekelas kita," ucap Abi, Ketua Kelas 11 IPA-6 yang membuat Lyra tersenyum menatapnya.

"Lo emang bisa diandalkan, tahun depan lo lagi Ketua Kelasnya," seru Lyra sambil meninju pelan lengan Abi.

Lihat selengkapnya