Semenjak malam, di mana Lyra dan Karell berbicara dari hati ke hati.
Deep talk, yang membuat hubungan mereka semakin dekat.
Kini, tak ada lagi Lyra dengan citra buruk dan gelarnya sebagai Badgirl, sepertinya akan terlepas dari gadis itu.
Lyra semakin giat dalam belajar dan memperbaiki diri setiap harinya, bukan saja para guru yang dibuat syok atas perubahan sikap Lyra dan Rania, tetapi para siswa lainnya juga.
Kabar baik, karena Valen sudah mulai masuk sekolah, entahlah Lyra sangat peka terhadap lingkungan sekitarnya. Ia juga semakin peka, jika Alfa dan Valen terlihat semakin dekat.
Sejak, Alfa resmi menjadi tutor bagi Valen, cowok itu sering menghabiskan waktu bersama Valen di Rumah Sakit. Untuk mengajari Valen.
Apalagi, hari ini Alfa yang menjemput Valen dan keduanya berangkat bersama.
Sepertinya ada sesuatu yang terjadi di antara keduanya.
Namun, Lyra akan menunggu hingga keduanya mengungkapkan sendiri.
Lyra yang biasanya hanya membawa alat make-up ke sekolah, berubah drastis.
Tasnya dipenuhi buku catatan dan buku paket. Karell bahkan menyiapkan segala keperluan belajar Lyra, seperti kotak pensil dan lainnya.
Ia benar-benar ingin mendukung gadis itu, melihat kegigihan Lyra untuk berubah.
Perlahan juga hubungan Lyra dan Alvin semakin renggang, lebih tepatnya Lyra yang menghindari Alvin.
Karell dan Lyra sering menghabiskan waktu bersama untuk belajar, entah di sekolah atau Cafe, bahkan perpustakaan Ayah Aaron. Perpustakaan Papa Evan juga tak luput, mereka jadikan sebagai tempat belajar.
Nilai Lyra juga semakin meningkat, walaupun belum sebanding dengan nilai anak-anak kelas 11 IPA-1, namun Lyra terus berusaha.
Bahkan, istirahat saja masih sempat Lyra berdiskusi dengan Karell. Keduanya duduk di salah satu meja, di Kantin.
Sambil menunggu pesanan datang, Lyra fokus pada buku paket Biologi yang berada di tangannya, berisiknya Kantin tak menganggu gadis itu.
Karell memutuskan untuk mengantre makanan agar Lyra bisa leluasa belajar. Ia tersenyum simpul, setelah meletakkan nampan yang berisi makanan keduanya di atas meja.
"Makanan datang!" seru Karell membuat Lyra tergelak.
Fokusnya hanya terpecah sejenak, karena setelah itu Lyra kembali ke dunianya sendiri.
Dunia yang berisi materi Biologi yang berusaha ia pahami. Entah setan apa yang membuatnya kesurupan, hingga ia jadi ambisius dalam pelajaran.
Apa mungkin ini berkat guru tampannya alias Karell?
Perlu Lyra akui, Karell adalah salah satu motivasinya untuk berubah dan giat belajar. Ia tak ingin membuat semangat cowok itu luntur.
Dari awal, Karell sangat bersemangat mengajarinya.
Beberapa waktu berlalu, namun Lyra masih belum menyentuh makanannya.
Karell menghela napas panjang, kemudian berpindah posisi duduk menjadi di samping Lyra.
Lyra terkejut saat Karell menyodorkan sesendok nasi goreng ke depan mulutnya. "Buka mulut lo! Biar gue yang suapin. Supaya lo masih bisa lanjut belajar."
Lyra mengangguk pelan, namun hatinya seolah ingin terbang. Ia menahan senyumannya, saat Karell dengan telaten menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya.
"Lo harus bisa membedakan virus dan bakteri," komentar Karell yang ikut melihat bab yang sedang gadis itu pelajari.
Semua orang yang berada di Kantin dan menyaksikan hal itu, hanya bisa menahan senyuman mereka.
Ya, meskipun tak memungkiri banyak hati yang sedikit iri, bahkan patah hati setelah keduanya resmi jadian.
Apalagi para siswa yang sebelumnya mendeklarasikan diri sebagai fans Lyra dan para siswi yang memberi julukan 'Karell Fans Club' bagi mereka sendiri.
Bu Meta, selaku guru BK bahkan merasa rindu dengan The Fantasia Girl, karena ketiga siswi tukang buat onar itu mendadak tobat belakangan ini.
Satu porsi penuh nasi goreng telah pindah ke dalam perut Lyra, gadis manis itu segera menyeka mulutnya sehabis makan menggunakan tisu. Ia kemudian meminum jus alpukatnya.
"Thank you so much,," balas Lyra tulus.
Karell membalasnya dengan berdeham singkat, kemudian giliran ia yang menyantap makanan miliknya.
Karell berdecak pelan, saat Lyra mengakhiri sesi membaca bukunya dan justru menatapnya.
"Kenapa lihatin gue yang lagi makan, sana terusin belajarnya!" seru Karell sambil mencoba kembali fokus ke makanannya.
"Gue nggak mau kehilangan momen berharga lo, walaupun cuma melihat lo makan. Gue udah senang," canda Lyra yang membuat Karell memutar matanya jengah.
Di meja lain, yang berada cukup jauh dari keduanya, Alfa hanya bisa tersenyum miring.
Saat melihat Alvin mencengkram gelas jus miliknya dengan cukup kuat.
Tatapan Alvin tak bisa teralihkan dari sosok Lyra, yang terlihat sedang bercanda dengan Karell.
"Fa, sepertinya gue menyukai Lyra, bukan sebagai sahabat gue. Tapi, sebagai seorang wanita," ungkap Alvin sambil mengaduk-aduk jus miliknya.
Alfa terkekeh pelan, kemudian melipat kedua tangannya di depan dada. "Sesuai dugaan gue."
Alvin mengerutkan dahinya. "Maksud lo?"
"Gue udah tahu sejak lama, kalau lo suka sama adik kembar gue itu. Cara lo menatap Lyra, berbeda dari cara lo menatap kebanyakan wanita. Termasuk Olivia," timpal Alfa santai.
Seandainya Alvin tahu, jika Lyra memiliki perasaan yang sama padanya. Seandainya rasa gengsi tak ada di antara mereka. Mungkin, ceritanya akan berbeda.
"Lo suka sama Lyra, tapi jadian sama Olivia. Sangat lucu," ejek Alfa, membuat rahang Alvin mengeras seketika.
"Sekarang lo mau ngomong, kalau lo suka sama Lyra? Dengan keadaan di mana dia udah pacaran sama Karell? Gue aja kaget, melihat Lyra bisa menjalin hubungan yang cukup lama dengan Karell. Itu artinya, Karell berbeda dari kebanyakan mantan Lyra," ungkap Alfa yang sudah lama gemas dengan Alvin dan Lyra.
Jika dari sudut pandang sebagai seorang Kakak, Alfa sedikit kesal karena gara-gara Alvin, adik kembarnya Lyra suka uring-uringan kalau cemburu dengan Olivia dan Alvin.