Ratu Untuk Sang Raja

ersulawati
Chapter #5

Raja yang mengerikan

°°°

"… kamu adalah raja yang jahat!"

Aesar hanya mengangkat kedua tangannya, suara kemarahan Putri Kabalon itu tidak menganggunya. Yang paling penting, dia sudah mengetahui kalau Naladhipa menyembunyikan kekuatannya sebagai keturunan Kesakten Emas. Rasa penasarannya cukup besar. Dia tidak sabar … mengali seberapa besar potensi yang disembunyikan keturunan Ratu Aiyo ini.

"Apa yang kamu sembunyikan, Naladhipa? Sekuat apa Abhicara yang kamu miliki?"

Naladhipa tidak mengerti … mengapa Raja Aesar menekannya? Rasa ketakutannya itu mulai mengambil alih tubuhnya, lidahnya kelu, gelugut kecemasannya membuat kedua kakinya lunglai, mati rasa. Isi kepalanya pun tidak bisa mencetuskan sikap untuk menghadapi situasi ini.

"Yang Mulia …." Hebel memasang tubuhnya di hadapan Raja Medang, dia pun tetap merendahkan pandangannya. Hebel menyadari Naladhipa ketakutan dengan intimidasi sang kakak … sampai-sampai wajah Naladhipa sangat pucat.

Ujung bibir Aesar terangkat, dia berdecih. "Ya? Kamu berani menghalangiku, Hebel?"

"Maaf, Tuanku, Jangan menekan Putri Naladhipa seperti ini … dia sudah ketakutan." Hebel bergeming dengan posisinya. Dia tetap merunduk … walaupun sedarah, kakaknya memiliki derajat yang lebih tinggi darinya.

Raja Aesar mengusap-usap dagunya, mengamati Naladhipa yang terduduk ketakutan di belakang Hebel. "Ah, sepertinya kalian berdua ini terlihat lebih cocok," kelakarnya. "Mungkin lebih baik aku kembali ke dalam dan menikmati minuman anggur dingin." Aesar tertawa, dan memutar langkahnya.

Bola netra Hebel terangkat, memindai keberadaan sang Raja Medang. Dia pun mengembuskan napas kelegaannya, ketika kakaknya tidak nampak lagi dari ujung pintu.

"Ke— kenapa … Raja Medang seperti itu? Aku tidak mau menikah dengannya!"

Hebel mendengar jelas suara ketakutan itu. Dia segera mendekati putri yang terpojok di ujung pembatas pagar balkon. "Tuan Putri Naladhipa, Maafkan Raja Aesar." Hebel mencoba memecahkan rasa ketakutan Naladhipa."Yang mulia tidak bermaksud jahat. Beliau memang seperti itu," ucapnya seraya mengulurkan tangannya.

"Tidak bermaksud ja— hat?" suara Naladhipa emosional mendengar itu. "Semalam, aku hampir mati tenggelam dan raja kalian itu menuduhku berbohong karena Abhicara?"

Hebel mengerti, sikap kakaknya memang keterlaluan. "Raja Aesar adalah raja yang baik. Yang mulia Raja Aesar memang terlihat tidak ramah … tapi Raja Aesar tidak akan menyakiti anda, Putri Naladhipa"

Naladhipa terbengong-begong. Dia sama sekali … tidak bisa melihat atau merasakan sisi baik yang dimaksud Hebel. Wajah Raja Aesar saja menyeramkan, seakan-akan hendak menelannya hidup-hidup. Belum lagi, jika mendengar suaranya … rasa-rasanya nyawanya akan tercabu dari ubun-ubunya. Naladhipa sepertinya akan memilih kabur saja daripada berbicara dengan Raja Aesar.

"Mari, saya bantu berdiri." Hebel masih mengulurkan tangannya untuk membantu Naladhipa. Dia merasa kasihan. Dari wajahnya, perempuan bernetra indah ini terlihat tertekan dan ketakutan. Sisa air matanya tidak lagi mengalir …  namun, ada percikan kemarahan terbias di kilap mata kelamnya. "Saya akan ke dalam untuk membawakan air minum."

Naladhipa mengulurkan tangannya, dan menegakkan tubuhnya. "Ti— tidak usah. Terima kasih, Hebel."

"Jangan khawatir, Putri Naladhipa akan segera terbiasa dengan sikap Raja Aesar."

Naladhipa menelan ludahnya. "Aku … Aku tidak mau lagi bertemu dengan raja mengerikan itu! Sebenarnya, aku pernah membaca riwayatnya … Raja Aesar memiliki citra yang sangat buruk, bahkan sempat menjadi musuh besar ayahku. Dialah yang menyebabkan kehancuran beberapa wilayah di semesta."

Hebel tersenyum. "Sebelum kedamaian di semesta ini terjalin. Raja Aesar memang gencar menyerang kerajaan lain untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Perang adalah caranya untuk mengukuhkan Kerajaan Medang sebagai kerajaan terkuat. Kemenangan atas darah dan pertarungan adalah simbol kekuatan ksatria sejati, " terang Hebel.

Naladhipa bergidik seraya mengusap tengkuknya, bulu kuduk di permukaan kulitnya berdiri. Dia tidak bisa membayangkan, Raja Aesar membantai orang-orang yang tidak bersalah. Apalagi dengan pedangnya berukuran besar itu … sudah pasti sekali tebas kepalanya akan terputus.

Lihat selengkapnya