Di kelas, saat jan pelajaran kosong, sekelompok teman Najiha sedang berbicara tentang Rafa, ketua OSIS sekolah mereka.
"Wah, Rafa benar-benar tampan, ya?" kata salah satu teman Najiha dengan mata yang berbinar-binar.
"Benar sekali! Aku tidak bisa tidak memandangnya setiap kali dia berbicara di depan kelas," kata teman lainnya.
"Rafa benar-benar memiliki karisma yang luar biasa," kata teman ketiga.
Mereka semua mengagumi Rafa dan membicarakan tentang ketampanan wajahnya. Najiha yang sedang duduk di sebelah mereka, merasa sedikit tidak nyaman dengan pembicaraan itu.
"Aku rasa Rafa memang tampan, tapi aku tidak tahu apakah aku menyukainya atau tidak," kata Najiha dengan sedikit keraguan.
Teman-temannya menoleh ke arah Najiha dengan penasaran. "Apa maksud kamu? Rafa jelas-jelas menyukai kamu," kata salah satu teman Najiha.
Najiha menggelengkan kepala. "Apaan, sih. Kalian ini suka baca novel romance, makanya pikirannya ngarang." kata Najiha dengan sedikit frustrasi.
Rafa memang telah lama menyukai Najiha. Rafa adalah seorang siswa yang populer di sekolahnya, tidak hanya karena kepemimpinannya sebagai ketua OSIS, tetapi juga karena penampilannya yang tampan dan karakternya yang baik.
Rafa telah mencoba berbagai cara untuk mendekati Najiha, mulai dari membantu Najiha dalam proyek sekolah hingga mengajaknya berbicara di koridor sekolah. Namun, Najiha belum menunjukkan tanda-tanda bahwa dia menyukai Rafa. Najiha masih belum yakin tentang perasaannya terhadap Rafa, meskipun Rafa telah menunjukkan ketertarikannya yang jelas.
Suatu hari, Rafa mengajak Najiha untuk bertemu di perpustakaan sekolah setelah jam sekolah. Najiha setuju, meskipun dia tidak tahu apa yang ingin dibicarakan oleh Rafa.
"Hai, Najiha. Terima kasih sudah mau bertemu denganku," kata Rafa sambil tersenyum.
"Senang bisa membantu, Rafa. Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Najiha sambil duduk di sebelah Rafa.
"Aku ingin bicara tentang sesuatu yang penting," kata Rafa sambil menatap mata Najiha. "Aku sudah lama menyukai kamu, Najiha. Aku ingin tahu apakah kamu juga merasakan hal yang sama."
Najiha terkejut dengan pengakuan Rafa. Dia tidak tahu apa yang harus dikatakan.
"Aku... aku tidak tahu, Rafa," kata Najiha sambil menunduk. "Aku perlu waktu untuk memikirkan tentang perasaan kamu."