Ravrel

Rossesa
Chapter #4

Bab 3 : Aneh

Paris

24 November 2018


Sepertinya aku salah, Negeri Paris ternyata memiliki sisi kehindahan salah satunya kota Lourmarin yang saat ini kukunjungi. Kota Loumarin yang berada di wilayah Provance-alpes-cote d'azur, di Tenggara Paris. Lourmarin ternyata berada di tengah-tengah kebun anggur, itulah yang menjadi ciri khas dari kota Loumarin. Pagi ini aku berniat berjalan-jalan sekedar mencari angin, Lourmarin sedang musim gugur saat ini, dan aku memutuskan untuk berjalan-jalan di pagi hari ini.

Kuharap suasana Paris mampu menenangkan hatiku. Mungkin, alasan selama ini aku tidak bisa melupakan mu, karena aku masih menginginkan kembalinya kamu. 

Huft.

Kini aku duduk di salah satu bangku di bawah pohon yang sedikit demi sedikit menggugurkan daunnya. Walaupun saat ini musim gugur tapi berjalan sepagi ini ternyata membuatku merasa kedinginan.

Aku mengambil satu daun yang baru saja jatuh di atas sepatu yang ku kenakan. Daun itu berwarna coklat kemerahan, tandanya jika ia sedang mengalami musim gugur.

Aku mendongakan kepalaku ke arah atas mengamati dedaunan yang masih berwarna merah, kuning bahkan coklat yang masih menghiasi ranting pohon itu.

Aku sengaja membawa sebuah buku diary yang beberapa hari ini belum sempat ku tulis.

Aku ingin sekali mengetahui perasaan dedaunan ini yang rela berguguran ketika musim gugur menghampiri.

Berterbangan di tiup angin, lalu jatuh berserakan di tanah.

Bagaimana jika hatiku seperti dedaunan yang berguguran itu?

Mungkin aku akan rapuh dari ranting-ranting kayu itu, tapi dedaunan tahu kapan ia akan gugur setidaknya ia tidak pernah merasakan kejutan dari semesta yang tiba-tiba itu.

Tidak sepertiku, benar kan Rav?

***

Bandung

24 November 2015

Reva kini berjalan di koridor sekolah, hari ini Reva berangkat tepat waktu. Walaupun harus menahan rasa lapar karena Reva belum sempat sarapan tadi pagi. Jika saja sosok Tina mungkin ia tidak akan melewatkan sarapan pagi. Karena Tina melarang Reva untuk berangkat sekolah tanpa sarapan. Tapi tidak untuk saat ini, bahkan Reva tidak menjalankan amanat Tina agar selalu sarapan pagi, walaupun tidak ada Tina di rumah.

Reva sengaja menuju ke kantin sekedar membeli roti untuk mengganjal perutnya. Tapi sepertinya Reva harus melewati antrian yang lumayan padat. Padahal ini masih terbilang pagi, tetapi kantin sudah terisi penuh.

Reva harus menunggu lebih lama lagi, ia duduk di salah satu bangku di kantin. Sembari melihat suasana kantin, Reva tersenyum dan mengambil buku diarynya.

Tapi belum sempat ia menuliskan sesuatu di buku diary itu, dari kejauhan ia melihat sosok Ravrel bersama rombongannya sedang nongkrong di bangku kantin paling pojok sambil bercanda tawa. Sedangkan Ravrel, ia memainkan gitarnya sambil bernyanyi. Reva dapat melihat kebahagiaan yang di ciptakan oleh sosok itu. Tanpa sadar Reva pun ikut tersenyum.

Tapi tidak lama dari itu, ada Kak Bella yang menghampiri Ravrel sambil membawa sebuah sesuatu di tangannya, Reva menebak jika itu adalah bekal sarapan karena di genggaman tangan kiri Kak Bella ada sebotol minuman.

Padahal Reva masih ingin melihat senyuman Ravrel ketika sedang bernyanyi, tapi dengan kedatangan Kak Bella, Revrel menghentikan permainan gitarnya dan mengobrol dengan Kak Bella. Reva tidak tahu apa yang di obrolkan mereka.

Reva begitu mengagumi Kak Bella, kakak kelasnya yang satu ini bukan cuman hanya cantik tapi dia juga pintar dalam segala bidang. Bahkan jangan di tanya lagi hatinya. Kak Bella begitu baik kepada semua adek kelasnya. Bahkan Reva sendiri pun pernah di bantu olehnya, ketika Reva sedang kebingungan mencari buku di perpustkaan.

Jadi wajar jika banyak yang begitu menyukai Kak Bella, tidak heran jika Ravrel juga kemungkinan akan menyukai Kak Bella.

Seketika Reva merasakan sesak di hatinya ketika Kak Bella menyuapkan sesuatu di dalam mulut Ravrel. Ravrel bahkan membiarkan Kak Bella menyuapinya. Sambil tersenyum Ravrel mengobrol kembali dengan Kak Bella.

Melihat itu, Reva seolah sedang di selimuti rasa cemburu. Dadanya seketika terasa sesak. Matanya tak pernah lepas dari pandangan itu, walaupun hatinya sempat menolak bahkan memberontak agar cepat pergi dari situ.

Lihat selengkapnya