Ravrel

Rossesa
Chapter #5

Bab 4 : Menghindar


Paris

16 Desember 2018

Rav kamu tahu, kenapa aku akan melanjutkan ke perguruan tinggi di Negeri Paris ini? Jawabannya ada di kamu Rav, mengapa begitu, karena kamu sendiri yang pernah berkata jika Negeri Paris memiliki sebuah teka-teki yang aku sendiri harus memecahkannya. Kala itu kamu pernah bilang bahwa kamu telah menyiapkan sebuah teka-teki itu untukku.


Tapi yang menjadi pertanyaan ku, bagaimana caranya kamu menyiapkan teka-teki itu tanpa memberitahuku terlebih dahulu apa yang harus aku lakukan?

Jika teka-teki itu tanpa petunjuk, kurasa aku tak mampu Rav. Aku menyerah. Tapi sial dengan hati ini, dia begitu keras, dia masih tetap menyuruhku mencari teka-teki itu sendiri dengan datang ke Negeri Paris ini. Seorang diri! Hanya demi kamu Rav!

Dan sialnya aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Tapi hatiku percaya Rav, kamu masih tetap peran utama dalam cerita ini. Maka dari itu aku harus memecah teka-teki ini agar tahu bagaimana endingnya.

Mungkin dengan masih bermain-main dengan kenangan lalu, itu dapat memberiku suatu petunjuk. Yah ... semoga saja.

***

Bandung

16 Desember 2015

Reva menguap untuk kesekian kalinya saat berada di dalam bus. Semalaman Reva tidak dapat tidur dan saat mulai terlelap, ayam telah berkokok. Reva ingin mengumpat situasi seperti ini. Bahkan ketika Reva berkerja tadi pagi, ia ingin sekali tetap di atas kasur untuk menuruti kemauan matanya.

Tadi pagi sebelum berangkat ke sekolah Reva sempat menelpon Tina sekedar menanyakan kabar dan berharap agar ia cepat pulang. Tina begitu bekerja keras demi Reva, dan Reva takut Tina tidak bisa menjaga kesehatannya. Padahal jika di lihat, Reva lah yang seharusnya menjaga kesehatan. Bahkan Reva tidak pernah lagi sarapan pagi atau sekedar memakan roti. Apa lagi mengingat suasana hatinya yang akhir-akhir ini sedang tidak mood.

Reva memukul kedua pipinya jika mengingat tentang kejadian kemarin. Ia berusaha untuk melupakan tapi tetap saja tidak bisa. Bahkan rasanya semakin menjadi, ketika secara tiba-tiba Ravrel me-WhatsApp-nya tadi malam. Reva terkejut ,benar -benar terkejut karena dari mana sosok Ravrel mendapat no WhatsApp-nya. Sedangkan Reva tidak pernah memberikan nomor WhatsApp kepada Ravrel.

From : 0812 **** ****

20:27 : Kita tidak akan pernah tahu kapan kita akan bersedih dalam riuhnya kebahagiaan. Jika lo sedang ada masalah gue siap kok dengerin lo, sambil memberi lo sebuah permen lolipop. Tentunya sambil liat wajah ganteng gue, Ravrel Ardino! Gue jamin pasti rasa sedih lo akan menghilang. Wkwkw :)

Reva tersenyum ketika selesai membaca sebuah pesan dari Ravrel, tapi senyum itu tidak bertahan lama, ia menarik napasnya jengah. Sebenarnya ia ingin sekali membalas pesan itu dan memberitahu Ravrel jika dia lah sumber kesedihan ini. Tapi Reva mengurungkan niatnya, ia tidak boleh berpikir seperti anak kecil lagi. Biarlah ia pendam saja rasa ini seorang diri.

Reva tidak membalas sama sekali pesan dari Ravrel, ia bahkan mematikan handphone nya, dan melemparkannya begitu saja di atas kasur.

Reva terlalu hanyut dalam pemikirannya hingga ia tidak sadar jika bus yang di naiki sudah berhenti tepat di depan sekolahnya. Sebelum memasuki gerbang sekolah Reva menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Ia mencoba menguatkan hati dan berusaha bertingkah normal seperti sebelumnya. Bahkan Reva berusaha tersenyum. Ia ingin melupakan masalah kemarin, singkatnya masalah hatinya kemarin. Reva masih tetap tidak mau mengaku pada dirinya sendiri jika ia cemburu.

Saat ingin melangkahkan kakinya, Reva di kejutkan oleh sosok Ravrel yang melewatinya dengan menggunakan motor cb memasuki halaman sekolah.

Reva berusaha memasuki sekolah dan bertingkah senormal mungkin, tetapi Reva benar-benar merasa gugup karena ia melihat di ekor matanya jika Ravrel sedang memperhatikannya, ketika sudah memarkirkan motor cb nya di halaman sekolah yang sudah di sediakan.

Awalnya Reva tampak takjub melihat penampilan Ravrel pagi ini, wangi mint ketika lelaki itu melewatiya seolah menjadi candu bagi Reva. Ravrel memakai hoodie seperti pertama kali Reva melihatnya. Tidak lupa dengan sebuah gitar yang ia gendong di punggunnya. Rambut yang ia biarkan sedikit berantakan dan senyuman yang selalu merekah di mana pun ia berada.

Lihat selengkapnya