Cerita ini kutulis untuk lelaki yang senyumannya tidak pernah pudar. Lelaki yang selalu membuatku tersenyum bahagia . Lelaki yang kukira akan menemaniku setiap saat. Lelaki yang kukira akan menepati janji-janjinya. Lelaki yang selalu kupercaya di dalam hidupku dan sosok lelaki yang sangat kucintai. Bahkan sosok lelaki yang__ ah bodohnya, semesta saja tak menginginkan aku untuk bersamanya. Bolehkah aku mengutuk semesta untuk saat ini.
Jika kalian tidak ingin membaca cerita ini, berarti kalian sudah mengambil keputusan yang tepat. Aku sendiri pun tidak ingin menulis cerita ini, yang akan membuatku mengingat semua kenangan manis tentangnya. Semakin di kenang semakin sesak di dada.
Kepada pena usang dan sebuah kertas yang lusuh, kuteguhkan kembali hati ini untuk menulis cerita tentangnya. Entah akan kutulis sampai selesai atau membiarkan tergantung begitu saja. Karena aku sangat tahu ending dari cerita ini, ending yang sama sekali tidak kuinginkan. Tapi demi seorang lelaki yang tidak lepas dari senyuman itu dan selalu mengajariku untuk menghargai sebuah senyuman. Sekali lagi kuteguhkan hati ini untuk terus menulis kisah tentangnya.
Dan ....
Teruntuk Ravrel.
Entah aku harus marah kepada siapa Rav?
Kepada surat-surat yang kamu kirimkan!
Kepada permen lolipop yang selalu kamu berikan!
Kepada senja, hujan, atau sunyinya malam yang tidak bisa menjagamu, di saat kita tidak bersama!