Hari ini tanggal 13 Agustus. Sore nanti rencananya Asyari dan yang lainnya akan mengelar aksi damai dengan menyebarkan selebaran berisi ajakan untuk memprotes penambangan pasir. Ini kali pertama mereka mencetak selebaran dan menyebarkannya pada warga desa.
Tadi malam setelah mendapat pesan berupa kepastian tanggal berapa kursus di lembaga Maerani Lila dimulai, Alana menunggu sampai kawan-kawan Asyari pulang sebelum menyampaikan maksudnya. Bahwa di tanggal 15, ia harus namun bisa juga menolak, untuk pergi ke Surabaya, kursus tata rias selama satu setengah bulan dan memperoleh sertifikat pelatihan.
Di luar dugaan pamannya tidak mengulur waktu untuk langsung setuju merawat ayahnya.
Azan zuhur telah berlalu sepuluh menit yang lalu, ketika Alana selesai memandikan dan menyapukan air wudhu ke beberapa bagian tubuh Idris. Lalu ia melaksanakan shalat secara berbaring. Setelahnya Alana membawa piring berisi nasi dengan ikan bakar dan sayur jagung bening. Ia memisahkan daging ikan dari tulang-tulangnya. Idris masih mampu menggerakkan tangan kanannya untuk menyuapkan makanan ke mulut. Tak lupa Alana menyodorkan pil obat anti hipertensi yang rutin diminumnya sehari sekali.
“Ayah, lusa tangga 15 Alana akan pergi ke Surabaya. Ikut pelatihan. Nanti bakal dapat sertifikat Yah. Tapi Alana akan di sana selama satu setengah bulan. Ayah setuju kan?”
Idris merespon yang ditangkap Alana sebagai maksud untuk berkata, 'Pergilah.' Wajah ayahnya cerah. Secepat kelegaan dan semangatnya membuncah, kecemasan mulai menjalarinya detik itu juga. Ia memang mengharapkan izin ayah dan kerelaan pamannya. Tapi ketiadaan pertanyaan dan pencegahan dirinya pergi juga ternyata tak benar-benar membuatnya ringan berangkat.