Rawa Pasir

Ahmalia Azmi
Chapter #22

Bab 22 : Menelepon Alana

“Dari istri pertamanya dia punya dua orang anak laki-laki. Nah, si anak sulung yang namanya Putra itulah yang meninggal di lapas. Aku lupa-lupa ingat detail kasusnya. Pokoknya almarhum Asyari memberikan kesaksian. Putra dilaporkan orang tua anak gadis yang dilecehkan itu. Aku juga lupa namanya tapi dia merupakan teman sekelas Alana dan mereka cukup dekat.”

“Apa? Teman dekat Alana?”

“Iya.” Mat Daud terbatuk sejenak. Suaranya di seberang memang terdengar serak. “Anak gadis itu dulunya tinggal di jalan masuk desa. Orang tuanya juga pembuat keripik ketela. Ketika bercerai, pemuda itu diasuh oleh ibunya sejak balita di Surabaya. Alasan perpisahan dikarenakan Johar ketahuan menjalin hubungan dengan Rahma, yang sampai sekarang menjadi istrinya. Anak itu sejak remaja kabarnya memang sudah menunjukkan tabiat buruk dan kabarnya sering ke rumah ayahnya untuk meminta uang. Pokoknya orang tua si anak gadis melaporkannya karena membawanya pergi.”

“Kesaksian apa yang diberikan Paman Asyari waktu itu?”

“Melihat si anak gadis dibonceng Putra dengan seragam sekolahnya saat jam sekolah, kalau enggak salah. Dia baru pulang saat hari gelap dan pulang sendirian, orang tuanya mendapati lembar pembayaran masuk motel dan langsung mendatangi rumah Johar. Selama ini mereka memang tahu dari tetangga, anaknya itu dekat dengan Putra. Johar sendiri di luar dugaan tidak terlalu peduli. Anaknya pergi entah ke mana dan ayah anak itu merasa tak terima. Gosip-gosipnya pelaporan itu dilatari persaingan dagang. Putra mendapat hukuman penjara lima tahun namun, baru dua bulan ditahan dia menemui nasib naas. Napi-napi di sana mengerjainya.”

Berhubungan dengan anak di bawah umur delapan belas tahun meski melakukannya atas dasar rasa suka sama suka tetap akan dikenakan sanksi pidana. Mengapa Alana tak menyinggung secara jelas mengenai hal ini?

“Bagaimana Johar menanggapi kematian anaknya? Dia enggak menuntut napi di sana atau malah petugas lapas yang pastinya lalai?”

“Tidak. Dia bersikap biasa-biasa saja. Malah hanya satu hari meliburkan usahanya. Johar itu memang keras hati atau memang dia terlalu muak dengan kelakuan Putra selama ini.”

Lihat selengkapnya