Menjelang pukul sepuluh malam Nisa berkutat di depan meja pendek, tangan kanan berkutat dengan tetikus. Layar laptop menampilkan potongan video liputannya.
“Kalau mau tidur, duluan saja Lan,” katanya. “Enggak usah nunggu aku naik dulu ke ranjang,” katanya sambil mengulas senyum.
“Iya, kalau sudah ngantuk bakalan tidur kok.”
Dua malam ini dilalui Alana dengan seorang teman yang berada di sisinya di atas kasur. Karena hanya memiliki satu bantal kepala untuk dirinya seorang, dipinjamnya bantal dari rumah sebelah dan Nuriah memberinya bantal yang biasa menjadi alas kepala Asyari berbaring.
Kapan terakhir kali ada teman perempuan yang mampir untuk merebahkan badan di atas seprainya? Debi, nama itu terus terpatri di ingatannya. Saat mereka berdua yang bertetangga satu desa, menjadi teman duduk di belakang meja yang sama, keakraban itu terpupuk.
Sama-sama anak perempuan tunggal, sama-sama berkeinginan untuk tinggal di Surabaya yang lebih metropolitan. Tawa mengikik sepanjang malam ketika keduanya tak juga bisa terlelap. Menghasilkan teguran halus ibunya di pagi hari. Karena Alana belum punya pengalaman menyangkut percintaan, gadis itu pernah sekali mau mencomblangkannya dengan satu kawan sekelas Gilang yang naksir dirinya. Ditaksir seseorang adalah sesuatu yang menyenangkan, Alana merasa dirinya cantik. Tapi ia tak berniat mencoba dan buruk sangkanya timbul waktu itu, teman Gilang yang naksir padanya berpenampilan biasa saja, tidak menarik dibanding Gilang, mungkin Debi jauh lebih merasa aman jika ia punya cowok yang di bawah standar seleranya.
Bunyi ketukan jari Nisa di papan ketik berpadu dengan suara jangkrik mengisi keheningan.
“Rencana besok kalian apa?”
“Kami akan ke Polres juga ke kantor Pemkab untuk menanyakan masalah penambangan,” jawabnya sambil sekilas melirik Alana. “Hei, kau seorang MUA kan? Kau enggak kepikiran bikin video di Youtube? Aku punya kenalan seorang penata rias yang bikin video tutorial make-up dan mulai dapat penghasilan dan sponsor produk.”
Alana yang bersandar di kepala ranjang sambil mendekap guling, menegakkan punggung. “Dapat penghasilan?”
“Iya. Dari iklan yang ditonton dari videomu.”
“Aku memang pernah lihat video MUA Surabaya, ternyata bisa dapat penghasilan ya dari situ.”
“Yah, modal kamera digital atau ponsel dengan kualitas kamera bagus sudah bisa bikin video bagus.”