Pagi ini setelah Alana selesai memasak, Nisa muncul di dapur dengan wajah kusut dan rambut mekar.
“Maaf, aku enggak membantumu.”
“Sudah, cuci mukamu itu dan duduk sarapan.” Nisa pun bergerak masuk ke kamar mandi di sudut ruangan.
Alana membawa sepiring nasi goreng dan segelas teh hangat melewati ruang depan, menaruhnya di hadapan Idris yang duduk di teras. Tak berapa lama Nisa muncul di ambang pintu dengan wajah yang baru dilap sambil memegang ponselnya.
“Pak Kepala Desa mengirimkan SMS, dia memberitahukan istrinya akan mengadakan kegiatan ibu-ibu PKK di satu lahan kebun ubi jalar milik warga, mengajak kami untuk meliput. Sepertinya dia risau karena citra desa yang mendadak jatuh, dia pasti berkeinginan bahwa setidaknya ada selipan hal positif yang masih dilakukan desanya di antara peliputan kasus. Aku akan menerima ajakannya, lagi pula aku juga merasa perlu mewawancarai istrinya.” Senyum getir tersungging di wajahnya. “Astaga, kalau saja dia tahu apa yang hampir kami lakukan tadi malam.”
Perkembangan yang terjadi pada jam-jam berikutnya adalah Nisa meliput secara langsung Rolian di kediamannya. Setelah keluarga Ubai resmi melaporkan kejadian tersebut, jelas Rolian yang merupakan satu-satunya saksi di lokasi kejadian yang menjadi incaran para jurnalis. Keluarga Ubai secara tersirat menyangsikan kesaksiannya. Di layar televisi wajah Rolian tampak lebih kecil dan gelap. Ia berdiri di ambang pintu kios bajunya, menyentuh dagu dan menjawab tanpa menatap Nisa.
“Itu hak mereka untuk menduga-duga. Saya pun akan melakukan hal yang sama jika dihadapkan dengan kejadian tragis. Saya juga sangat menyesal.” Kata menyesal ditekankannya, sambil menggeleng perlahan. “Kalau saja kami bisa lebih cepat mendapatkan perahu.”
Lalu juga muncul nama perusahaan yang memperoleh izin pengerukan melalui anak perusahaannya. Bagian ini semakin menggulir ke arah tak terduga, lantaran nama salah satu pimpinan perusahaan itu yang merupakan suami dari seorang politisi perempuan dari partai oposisi. Partai oposisi tersebut mulai mengangkat isu lingkungan ke publik setelah kematian Asyari sehingga turut memberi dorongan ditutupnya sementara waktu aktivitas penambangan.
Seorang pengamat menyampaikan pandangannya, mengaitkan kematian Ubai dengan Asyari. Ubai, seorang petani wilayah hutan yang tidak menunjukkan protes maupun dukungan terhadap tambang, meski demikian jatuhnya ia dari tebing sangat perlu didalami dengan cermat. Kesulitan dalam mengungkap apa yang sesungguhnya terjadi adalah medan terjadinya tragedi yang jauh dari pemukiman warga.
Alana meraih binder zaman SMA-nya dan pulpen di laci nakas. Menguraikan apa yang diketahuinya dan hal-hal yang menjadi pertanyaan tak terjawab ke kertas dengan pinggiran ilustrasi bunga sakura.
Pamannya dibunuh tanggal 20 Agustus dengan perkiraan jam kematian pukul tiga sampai empat pagi. Bowo sempat mendengar suara letusan tak lama pamannya pulang dari kediamannya, setelah mereka membagi hasil tangkapan ikan.
Kemudian ia menggambar sketsa kasar denah lokasi. Ia memposisikan jalan TKP, bagian barat yang merupakan daerah menuju pantai, arah kedatangan Asyari, bagian timur merupakan persimpangan, lalu sisi bagian selatan merupakan barisan pohon karet yang berbatasan langsung dengan hutan yang membentang antar dua desa. Selalu ada jalan sempit yang bisa dilewati kendaraan roda dua.
Seolah ada dinding di kepalanya yang terbuka. Mengapa pelaku harus membakar pakaiannya sendiri? Pelakunya tidak melewati jalan umum setelah belokan melainkan memasuki jalur kecil. Itu sebabnya kamera CCTV di gudang kayu tak merekam seseorang yang lewat. Pembakaran tak menyeluruh setelah penembakan dikarenakan hujan gerimis yang sempat turun. Si penembak harus menghindari kamera CCTV dan pulang pergi dari jalan lain. Darah yang menempel dibaju harus segera disingkirkan bukan hanya dari perhatian orang yang kemungkinan berpapasan namun juga menghindari penciuman hewan buas di hutan. Ular piton yang selalu dibicarakan itu.
Kunci motor Paman yang berada di saluran air, korek api gas dengan sidik jari Condro, kaos baju yang terbakar, lambang tapal kuda. Pertanyaan yang belum terjawab, mengapa kunci motor itu berada di saluran air? Jawaban yang mungkin terjadi adalah pada bagian gantungan kunci itu sendiri, berimajinasi bahwa pamannya menggunakan mata pisau pada gantungan kunci tersebut sebagai benda yang mungkin melukai pelaku.