Nisa dan Agung yang mampir sebentar begitu bersemangat untuk menyusul Gani dan dua polisi itu setelah Alana mendapatkan pesan yang mengatakan Sapto melarikan diri.
“Sebenarnya apa yang dipikirkannya? Memangnya dia bakal langsung dijebloskan ke penjara kalau ikut ke kantor polisi?” kata Nisa sambil mengikat kembali rambut ekor kudanya. “Dia bisa bersembunyi di mana? Pasti semua titik bakal dijaga pihak berwenang. Bodoh juga dia. Ayo Gung, kita ke rumah si Sapto,” katanya sambil beranjak.
Alana merasakan desakan untuk ikut dalam pencarian lalu berencana menelepon Gani untuk menjemputnya. Namun tersadar bahwa Idris masih harus diurusnya, sore telah menjelang dan para personel kepolisian pasti akan membereskan laki-laki itu, pikirnya.
“Kami pergi dulu Lan, ini mungkin jadi peliputan yang seru,” ujar Agung sambil menaiki Suzuki Ignis warna oranye itu. Supir perempuan yang juga merupakan kru Jagad TV melambai ke arah Alana dan mereka segera berlalu dari halaman rumah.
Setelah mengurus ayahnya ia membuka saluran televisi Jagad TV dan tidak menemukan pemberitaan langsung mengenai lenyapnya Sapto. Namun saat pandangannya menetap ke arah teks berita berjalan di bawah tayangan, tertulis mengenai saksi Sapto dalam kasus pembunuhan aktivis lingkungan Asyari tiba-tiba menghilang saat dua polisi menjemputnya ke rumah untuk memberi kesaksian di kantor polisi.