Terlihat dua siswa laki-laki kelas 9 berkelahi di halaman sekolah. Beberapa temannya hanya berdiri melingkar menonton. Mereka malah bersorak sorai memprovokasi. Pak Tardi berusaha melerai keduanya. Tukang kebun merangkap penjaga sekolah yang sudah tua itu tampak kewalahan memisahkan dua anak yang sedang berkelahi. Wiwin dan rekan-rekannya tiba di tempat itu. Yuni berteriak lantang. "Berhenti!"
Kedua remaja tanggung yang berkelahi itu langsung berhenti. Mereka seperti tersihir oleh tatapan mata Yuni yang tajam. Wanita empatpuluhan tahun itu tampaknya sangat disegani para siswa. Bukan saja karena tampangnya yang galak bak singa betina yang lapar, tapi karena kedudukannya sebagai guru BK. Catatan pribadi semua siswa di sekolah ini ada di tangannya. Guru BK juga punya wewenang memberi rekomendasi kepada kepala sekolah untuk mengeluarkan siswa yang dianggap bandel.
"Apa-apaan kalian ini? Mau jadi jagoan? Jadi preman?! Kalian pikir sekolah ini arena tinju? Hah?! Saya bisa keluarkan kalian berdua karena sudah bikin keonaran dan mencoreng nama sekolah. Mengerti?!" seru Yuni masih dengan nada lantang.
Kedua anak yang berkelahi itu menundukkan kepala. Sementara anak-anak lain yang menonton pada cekikikan.
"Saya tadi sudah peringatkan mereka agar jangan berantem di dalam sekolah, tapi mereka ngeyel," kata Pak Tardi.
"Bapak nggak usah ikut campur urusan ini. Sekarang Pak Tardi kembali bekerja. Biar ini saya yang ngurus!" tukas Yuni ada nada tak suka dengan ucapan tukang kebun itu.
Pak Tardi tahu diri dan segera pergi. Wiwin sempat memperhatikan kepergian orang tua itu. Ada rasa iba dalam hati Wiwin melihat orang tua itu ditegur dengan nada keras oleh Yuni. Meskipun hanya pegawai rendahan, tapi sepatutnya dia dihormati. Disini Wiwin menangkap kesan Yuni sangat angkuh dan arogan.
"Kenapa kalian berkelahi? Apa masalahnya?" Yuni kemudian menginterograsi kedua siswa yang berkelahi itu.
Mereka tidak menjawab, malah saling melirik. Siswa lain yang kemudian menjawab.
"Mereka rebutan cewek, Bu."
"Siapa?"
"Indah!"
Anak-anak lain pada tertawa dan bersorak "Huuuuu... !"
"Mana Indahnya?" Yuni celingukan mencari Indah, tapi tak menemukannya diantara kerumunan siswa.