Rawan

Eko Hartono
Chapter #13

Tes Kehamilan

Wiwin akhirnya menceritakan apa yang terjadi pada Indah. Biar bagaimana Rina sebagai ibu harus tahu hal ini. Meskipun belum jelas apakah Indah positif hamil atau tidak, tapi peristiwa perkosaan yang dialaminya tak bisa diabaikan begitu saja. Indah butuh perhatian dan pendampingan khusus. Karena kondisi psikis Indah pasti sangat terganggu oleh kejadian itu. Dalam hal ini peran orang terdekat, terutama orang tua, sangat diperlukan. 

Rina sangat shock dan terguncang batinnya mengetahui apa yang terjadi pada putrinya. Tangisnya langsung meledak. Wanita itu sempat teriak histeris. Berkali-kali dia beristighfar dan menyebut nama Tuhan. Wiwin berusaha menenangkan. 

"Ibu harus kuat. Ini musibah. Saya bisa ikut merasakan kepedihan hati ibu. Tapi saya mohon ibu tetap tenang," kata Wiwin.

"Bagaimana saya bisa tenang anak saya dirusak oleh orang bejat. Siapa orang itu? Biar saya bunuh dia. Sakit hati saya. Hancur hati saya. Hu hu hu ... " Rina sangat emosional, tak bisa menahan kemarahannya. 

"Sebaiknya masalah ini jangan terekspos dulu keluar, Bu Rina. Kita harus merahasiakannya. Karena baru kepada saya Indah menceritakan hal ini. Dia bahkan tidak berani terus terang pada ibu dan bapaknya. Karena dia takut. Tapi saya tidak bisa menutupi ini dari ibu. Sebagai orang tua ibu juga berhak tahu. Kita akan tangani ini bersama-sama. Indah butuh pendampingan dan bantuan."

"Ya Allah, kenapa nasibmu seburuk ini Indah. Kenapa kamu nggak pernah mau cerita sama Mama." 

Kembali wanita itu menangis tergugu, tapi kali ini suara tangisnya tak sekeras tadi. Wiwin membiarkan Rina melampiaskan kesedihannya untuk beberapa saat. Setelah terlihat mulai tenang, Wiwin kembali mengajaknya bicara. 

"Tadi pagi badan Indah demam dan mengeluh perutnya mual. Saya khawatir dia hamil. Karena itu tadi saya belikan test pack untuk mengecek. Nanti jika hasilnya positif kita bisa memeriksakan ke bidan untuk lebih memastikan."

"Saya nggak tahu lagi harus berbuat apa. Suami saya pasti sangat marah sekali jika tahu hal ini," ucap Rina sedih.

"Ibu bisa sampaikan ini ke bapaknya Indah pelan-pelan. Karena belum jelas siapa orang yang telah melecehkan Indah, sebaiknya jangan dulu lapor polisi atau mencari tahu ke sekolah. Saya khawatir kalau masalah ini diketahui umum akan membuat Indah jadi malu. Nanti mentalnya bisa terganggu. Saya akan coba selidiki dulu, siapa orang yang sudah melecehkan Indah. Karena kejadiannya di dalam lingkungan sekolah, saya yakin pelakunya orang yang ada di sekolah," tutur Wiwin. 

"Indah tidak bilang siapa orangnya?" 

"Indah tidak tahu siapa orangnya karena kondisinya waktu itu gelap. Tapi saya menduga orang itu salah satu guru laki-laki."

"Guru? Bangsat! Saya akan tuntut dia dan minta pengadilan menghukumnya mati!" seru Rina sangat gusar. Wajahnya berubah meradang.

Wiwin bisa merasakan kemarahan dan luka hati Rina. Ibu mana yang tidak terluka hatinya mengetahui anak perempuannya disakiti. Dihancurkan masa depannya. Wiwin pun tak bisa bayangkan jika itu terjadi pada putrinya. 

Karena sudah cukup apa yang disampaikan, Wiwin lalu berpamitan. 

"Baiklah, Bu. Saya pamit dulu. Indah pasti menunggu saya di rumah."

"Saya akan bawa Indah pulang."

"Biar saya saja yang antar dia pulang, Bu. Nanti kalau ada yang melihat ibu ke rumah saya, takutnya jadi gunjingan orang."

"Ya sudah. Saya percaya sama ibu. Tolong, bantu anak saya, Bu." Rina menggenggam tangan Wiwin. 

Sikap angkuh dan sombongnya di awal pertemuan tadi seketika hilang. Kini ia tak ubahnya wanita pada umumnya yang tak berdaya melawan nasib. Ia berubah jadi wanita paling malang sedunia. Segala kemewahan dan harta yang dimilikinya seakan tak ada artinya lagi. Musibah yang menimpa putrinya menghancurkan semuanya. 

***

Wiwin tiba di rumah. Wiwin langsung menemui Indah di kamar. Gadis itu terlihat duduk di atas kasur sedang mainan hape. Kelihatannya anak itu sudah sembuh. Indah terkejut mengetahui Wiwin sudah pulang. 

"Kamu sudah baikan?" tanya Wiwin. 

"Sudah, Bu," sahut Indah. 

Lihat selengkapnya