Rawan

Eko Hartono
Chapter #17

Tak Bisa Berkata-kata

Ketika jalan kehidupan yang dilalui berat dan gelap, percayalah masih ada cahaya Illahi yang akan menerangi dan menuntunmu ke arah kebaikan.

*

Wiwin membiarkan Indah menuntaskan tangisnya agar hatinya menjadi lega. Agar beban yang menghimpit dadanya sedikit berkurang. Karena menangis adalah cara paling mudah dalam menghadapi beratnya kehidupan. Tidak perlu malu untuk menangis, karena itu manusiawi. Dengan menangis kita bisa mengekspresikan segala perasaan. Senang, bahagia, duka, dan derita sudah menjadi bagian dari romantika kehidupan anak manusia. Semua itu bisa dilampiaskan dengan menangis. 

"Aku ini manusia kotor, Bu. Rasanya nggak pantas lagi aku hidup di dunia," kata Indah dengan tekanan pada kalimatnya. 

"Kamu nggak boleh ngomong gitu, Indah. Kamu korban kebiadaban laki-laki bejat. Dia yang kotor dan nggak pantas hidup di dunia," tukas Wiwin menepis perasaan Indah.

"Tapi aku juga banyak dosa, Bu. Aku udah mengotori diri aku sendiri." 

"Maksud kamu?"

"Aku bukan saja diperkosa oleh orang bejat itu, tapi aku juga melakukan itu dengan pacar aku. Dia tahu kalau aku sudah nggak perawan, terus dia minta aku melakukan itu dengannya... dia ngancam aku mau sebarin status aku yang udah nggak perawan. Aku sudah melakukan dosa besar, Bu. Aku ini kotor! Hu hu hu ...." Indah kembali menangis tergugu. 

Wiwin shock mendengar pengakuan baru Indah. Ya Tuhan, dunia macam apa yang sedang aku hadapi ini, batin Wiwin jadi gusar bukan main. Pelecehan dan perundungan yang dialami Indah luar biasa besarnya. Posisinya sebagai perempuan direndahkan sedemikian rupa oleh kaum laki-laki. Setelah hidupnya hancur oleh tindak perkosaan, deritanya kembali ditambah dengan perbuatan pacarnya yang memanfaatkan kelemahannya. Perbuatan bejat si pacar tak ada bedanya dengan pelaku perkosaan. Sama-sama biadab! 

"Siapa pacar kamu yang udah ngelakuin itu ke kamu?" tanya Wiwing ingin tahu. 

Indah tidak menjawab.

"Kamu nggak usah takut. Dia nggak boleh bersikap semena-mena gitu sama kamu. Itu sama saja dia ikut merusak hidup kamu. Apa dia teman sekolahmu?" 

Indah masih terdiam. Entah, apa yang membuatnya tak mau menyebut nama si pacar. Wiwin jadi geregetan juga. Sikap Indah yang selalu berubah-ubah, kadang terbuka kadang tertutup, membuat Wiwin jadi kesal. Tapi dia berusaha menahan kesabarannya. Indah menghadapi situasi sulit sekaligus rumit yang membuatnya jadi serba salah. Mungkin ada hal yang ingin ditutupi berkaitan dengan pacarnya itu. Wiwin tidak akan mendesaknya. 

"Kamu sudah beritahu orang tua kamu soal kehamilanmu ini?" tanya Wiwin kemudian. 

Indah menggeleng. "Tolong, ibu jangan kasih tahu mereka," ucapnya.

"Kenapa? Toh pada akhirnya mereka akan tahu. Kamu tidak bisa menutupi kehamilanmu. Mama kamu pasti akan melihat perubahan badan kamu," tukas Wiwin. 

"Mereka pasti akan mengurung aku dan tidak membolehkan aku sekolah. Kemarin, sepulang dari rumah ibu, papa sama mama bertengkar hebat. Papa berniat memindahkan aku ke luar kota, ke rumah kerabat papa di Surabaya. Pindah sekolah di sana. Papa nggak ingin kalau nanti aibku terbongkar jika masih sekolah di sini. Tapi mama menolak karena nggak mau pisah jauh dengan aku. Mama memilih masukin aku ke pesantren dekat sini. Biar bisa nengok sewaktu-waktu. Mereka terus saja berdebat soal aku. Seakan aku ini barang yang nggak punya jiwa. Aku disuruh menurut. Aku benci sama orang tuaku. Mereka nggak pernah mau mendengar apa yang aku mau. Sekarang kalau Papa tahu aku sudah hamil, mungkin aku bakalan diungsikan lebih jauh lagi. Aku nggak mau pergi dari sini, Bu. Aku nggak mau jauh dari teman-temanku!" tandas Indah diliputi kesal. 

Wiwin bisa mengerti keluh kesah Indah. Anak itu sudah capek menghadapi masalahnya, masih saja ditambah keributan orang tuanya. Dalam kondisi seperti ini semestinya mereka menahan ego dan keinginannya masing-masing. Mereka harus lebih fokus memikirkan kebutuhan Indah, kepentingan anak itu. Secara psikologis Indah membutuhkan ketenangan dan kedamaian di tengah musibah yang dihadapinya. Bebannya sudah teramat berat, jangan ditambah lagi dengan pertengkaran yang tak ada gunanya. Indah mesti dimotivasi dan dibangkitkan semangat hidupnya agar tidak terpuruk. 

Salah satu solusi untuk membangkitkan semangat hidupnya adalah melalui jalan spiritual, yakni mendalami agama dan beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Manusia sering tidak sadar bahwa hidupnya di dunia ini tak lepas dari pengawasan sang Khalik. Allah yang menciptakan manusia dan menentukan takdirnya. Manusia lupa untuk berdoa dan mengingat Allah. Mereka meninggalkan Allah demi memburu kesenangan duniawi. Mereka merasa diri mampu mengatasi masalahnya. Ketika akhirnya hidupnya terpuruk baru sadar meminta pertolongan-Nya. 

Lihat selengkapnya