Rawan

Eko Hartono
Chapter #19

Titik Terang

Kehidupan bukan hanya hitam dan putih, ada wilayah abu-abu. Antara benar dan salah sulit untuk dibedakan.

*

Farid sosok guru yang paling populer di sekolah. Gayanya yang santai dan mudah berbaur memang menimbulkan rasa suka bagi siapa saja. Uniknya jika mengajar di kelas Farid jarang bawa buku teks. Kesannya guru yang pintar. Tapi dari informasi siswa yang didengar Wiwin kalau Farid lebih sering memberi tugas menulis atau mengisi ulangan di buku LKS (Lembar Kerja Siswa). Bahkan kadang saat para siswa sibuk menggarap tugas ditinggal keluar oleh Farid. Entah pergi ke mana. Ada yang pernah lihat Farid makan di kantin, merokok di pojokan sekolah, atau malah pergi keluar sekolah. 

Farid memang unik. Di satu sisi ia menjadi guru yang disukai, tapi di sisi lain memberi pengaruh buruk. Bagaimana tidak. Sikapnya yang tidak disiplin, suka merokok, dan bicaranya yang kadang seenaknya --memaki dan mengejek--, tentu bukan contoh baik bagi para murid yang masih remaja. Dia seperti tak bisa membedakan lingkungan sekolah dan lingkungan luar sekolah. Sebagai guru dia semestinya bisa menjaga wibawa dan marwah lembaga pendidikan. Wiwin kadang dibuat jengah saat Farid bicara, bahasanya tidak kenal tata krama. 

Seperti siang itu ketika Farid habis mengajar kelas 8, dia membanting buku di atas mejanya dengan kesal sambil menggerutu. 

"Bocah kemarin sore sudah berani ngajarin guru!" 

"Ada apa, Pak Farid?" tanya Wiwin.

"Itu ada murid di kelas 8 sok pintar. Dikasih pengajaran malah membantah. Dia bilang majas dan metafora itu beda. Padahal di buku teks punya arti sama. Memang siapa yang jadi guru? Pengen nonjok aja mukanya."

"Kamunya yang memang salah. Itu buku teks beberapa ada yang keliru belum direvisi," tukas Yuni.

"Iya, Pak Farid. Mungkin maksud murid itu mau ngasih tahu bapak," sahut guru lain.

"Itu bukan ngasih tahu, tapi sengaja mau bikin aku malu. Brengsek!"

"Huss!" tegur Wiwin.

Farid tak peduli. Dia lalu ngeloyor keluar ruangan. Wiwin memperhatikan kepergian Farid. Ada yang tidak dimengerti oleh Wiwin dari sikap Farid yang ambigu. Di satu sisi Farid menampilkan citra guru yang baik dan dekat dengan murid-murid, tapi di sisi lain dia alergi dikritik dan mudah tersinggung. Sikap ini menunjukkan ada ambivalensi dari kepribadiannya. Farid punya kecenderungan bertindak negatif. Itu kesimpulan Wiwin. 

*** 

Indah rupanya tidak masuk sekolah hari ini. Mungkin ayahnya melarang masuk sekolah setelah tahu Indah benar-benar hamil. Orang tua Indah tidak ingin kehamilan Indah diketahui semua orang di sekolah. Wiwin bisa memahami kekhawatiran mereka. Tapi kalau kelamaan tidak masuk sekolah juga tidak bagus untuk Indah. Teman-temannya dan guru di sekolah pasti juga akan curiga. Kehamilan Indah cepat atau lambat bakal ketahuan. Isu liar bakal bergulir cepat dan ini justru merugikan Indah.

Wiwin menghampiri beberapa siswa yang sering ngumpul dengan Indah di sudut halaman. Dia ingin menanyakan tentang pemuda bernama Irsyad, yang diaku Indah sebagai pacarnya. 

"Kalian tahu yang namanya Irsyad, teman dekatnya Indah?" 

Mereka malah saling pandang sejenak, lalu sebagian besar dari mereka menggeleng.

"Nggak tahu, Bu. Coba tanya Uci. Dia mungkin tahu. Dia kan bestienya Indah," jawab salah satu siswa perempuan sambil menunjuk Uci yang duduk di sebelahnya. Uci menolak disebut bestie Indah.

"Ihh, aku nggak bestiean sama dia. Nggak benar itu, Bu."

Wiwin menoleh ke Uci 

"Uci, kamu tahu Irsyad?" tanyanya.

Lihat selengkapnya