Rawan

Eko Hartono
Chapter #20

Kepingan Puzzle

Sepandai-pandai menyembunyikan bangkai, baunya akan tercium juga. Begitu pula dengan kejahatan.

*

Wiwin tergelitik untuk mengorek informasi lebih jauh soal Farid dari Yuni. Jika benar waktu itu Farid masih ada di sekolah, berarti ada sesuatu yang dilakukannya. Karena saat itu jam pelajaran sudah selesai.

"Pak Farid sedang apa waktu itu, Bu?" tanya Wiwin ingin tahu.

"Nggak tahu saya. Tapi kalau nggak salah dia bilang ada barangnya yang tertinggal di kantor. Memang ada apa kok bu Wiwin nanya soal itu?" jawab Yuni balik bertanya.

Wiwin jadi bingung harus menjawab apa. Dia belum ingin mengungkapkan apa yang terjadi pada Indah. Karena Yuni tidak bisa dipercaya pegang rahasia. Wanita setengah baya itu mulutnya ember. 

"Nah, itu orangnya datang. Coba tanya langsung ke pak Farid," kata Yuni tiba-tiba menunjuk ke arah pintu masuk. 

Farid memasuki ruangan. Dia jadi penasaran karena namanya disebut Yuni.

"Ada apa, Bu Yuni, nyebut nama saya? Lagi gibahin saya ya," ujar Farid sambil menghampiri meja Yuni.

"Ini lho, Bu Wiwin nanyain soal pak Farid yang waktu itu masih di sekolah pas saya sedang ngasih les ke anak-anak," kata Yuni.

"Kapan?" Farid menautkan kedua alisnya mengingat ingat. 

"Sudah lama. Pada hari Selasa tanggal... " Yuni menoleh ke Wiwin sebentar. "Tanggal berapa, Bu Wiwin?" 

"Tanggal 16 Januari," sahut Wiwin.

"Memang kenapa Bu Wiwin nanya soal saya masih di sekolah pada tanggal itu? Ada masalah apa?" Farid ganti bertanya pada Wiwin. 

"Nggak ada masalah apa-apa, Pak. Waktu itu saya belum mengajar di sini. Saya cuma mau mengkonfirmasi saja. Saya dapat keterangan dari Indah, kalau dia... " Wiwin tidak meneruskan kalimatnya karena ada kebimbangan dalam hatinya. Apakah dirinya perlu menjelaskan kejadian sebenarnya atau tidak.

"Kalau dia kenapa, Bu?" cecar Farid.

"Dia kehilangan barangnya. Seperti yang diceritakan Bu Yuni, waktu itu Indah pamit ke toilet tapi tidak balik lagi ke dalam kelas. Indah baru ingat kehilangan barangnya waktu itu. Barang yang sangat berharga buat dia," jelas Wiwin sengaja berbohong. Tapi sebenarnya dia tidak berbohong. Faktanya Indah memang kehilangan sesuatu paling berharga dalam hidupnya. Wiwin menggunakan kalimat eufimisme untuk menyamarkannya.

"Ibu nggak usah percaya sama omongan Indah. Sudah saya bilang kan, begitulah cara siswa mengelabui guru dengan pura-pura ke toilet, tapi sebenarnya mau bolos. Saya juga nggak yakin dia kehilangan barang. Dia pasti berbohong," tukas Farid malah sinis. 

"Iya, nih. Bu Wiwin masih saja ngurusin Indah. Ngapain juga kejadian yang sudah lama diungkit lagi. Kalau pun benar dia kehilangan barang waktu itu, tentu nggak bakal ketemu. Sudahlah, Bu Wiwin nggak usah pedulikan omongan Indah!" Yuni mendukung pendapat Farid. 

"Sebagai guru saya cuma sekedar menampung keluhan murid Bu Yuni. Tapi kalau boleh tahu, Pak Farid waktu itu masih di sekolah sedang apa? Apa bapak melihat Indah bolos?" ujar Wiwin kemudian menanyakan keberadaan Farid saat itu.

"Eengh, saya... saya waktu itu mau ambil barang saya yang ketinggalan di kantor. Saya nggak lihat Indah waktu itu," jawab Farid tampak agak gugup. 

Lihat selengkapnya