Rawan

Eko Hartono
Chapter #22

Kecelakaan

Hidup itu bukan tentang kalah dan menang, tapi bagaimana berlaku baik dan benar.

*

Wiwin sudah siuman. Dia sempat terkejut mendapati dirinya terbaring di ranjang sebuah ruangan kamar yang bernuansa rumah sakit. Tercium bau obat-obatan. Terlihat Hamdan duduk di sampingnya dengan wajah risau.

"Alhamdulillah. Kamu sudah sadar, Win?" cetus Hamdan lega dan senang.

"Di mana aku ini?" tanya Wiwin dengan suara lemah.

"Kamu ada di Puskesmas. Aku dikabari mas Galih yang kerja di Puskesmas, katanya kamu kecelakaan. Aku langsung ke sini. Apa yang terjadi sama kamu, Win? Warga yang nolong kamu bilang kalau kamu kedapatan pingsan di tengah jalan. Kamu sepertinya habis jatuh dari motor," jelas Hamdan.

Wiwin tercenung. Dia mencoba mengumpulkan kembali ingatannya. Masih terekam dalam memorinya bagaimana dirinya jatuh dari motor. Ada pengendara motor tak dikenal yang menyenggol motornya saat menyalip di tikungan. Wiwin tak tahu, apa orang itu sengaja melakukannya atau ini hanya murni tak sengaja. Wiwin tak ingin berkesimpulan dulu. Saat ini pikirannya ingin fokus pada kondisi badannya yang masih terasa sakit. Sepertinya tak ada luka serius dialaminya. Hanya lecet di tangan dan kakinya. Badannya yang terasa pegal dan sakit mungkin akibat benturan di aspal.

"Tadi aku tanya sama dokter yang ngobatin kamu. Katanya kamu nggak mengalami luka serius. Tidak ada patah tulang. Tidak ada indikasi gegar otak. Hanya luka ringan di tangan dan kakimu. Tapi buat memastikan kondisi kamu secara menyeluruh dan bisa dapat perawatan lebih lanjut, dokter nyaranin untuk membawa kamu ke rumah sakit besar. Nanti akan diberikan surat rujukan," tutur Hamdan.

"Nggak usah, Mas. Kayaknya aku baik-baik saja. Badan aku nggak ada yang sakit berat. Hanya sakit kecil di bagian yang lecet," ucap Wiwin menolak dibawa ke rumah sakit.

"Yakin, kamu nggak apa-apa?"

"Yakin, Mas. Aku mau pulang aja."

"Ya udah, aku siapin kendaraan dulu."

Karena Wiwin bersikeras tidak mau dibawa ke rumah sakit, Hamdan pun tak memaksa. Dia lalu pinjam mobil temannya buat membawa istrinya pulang. Motor Wiwin yang rusak sudah dibawa ke bengkelnya. Sebelum pulang Wiwin mengucapkan terima kasih pada dokter dan pegawai medis di Puskesmas yang sudah menolong mengobatinya. 

Setiba di rumah, Wiwin yang masih bisa berjalan disambut ibunya dan putrinya dengan cemas. Yanti mencerocos menanyakan apa yang terjadi pada Wiwin dan bagaimana kondisinya. Wiwin menenangkan ibunya dengan mengatakan kalau dirinya baik-baik saja. Wiwin bilang dia tidak sengaja jatuh dari motor. Sementara Nasya menangis memeluk ibunya, takut ibunya kenapa-kenapa. Wiwin menenangkan putrinya. 

Para tetangga yang mendengar kabar Wiwin kecelakaan pada berdatangan ingin menengok keadaannya. Beginilah kehidupan di desa. Budaya kebersamaan dan gotong royong masih terjaga. Jika ada anggota masyarakat yang mengalami musibah atau sakit, mereka datang menengok untuk memberikan simpati dan kepedulian. Mereka juga mengumpulkan uang sumbangan guna meringankan beban warga yang kena musibah. Rumah Wiwin berubah ramai oleh kedatangan para tetangga. Wiwin justru senang karena merasa diperhatikan.

Lihat selengkapnya