Rawan

Eko Hartono
Chapter #25

Kematian Indah

“Beberapa orang akan pergi dari hidupmu, tapi itu bukan akhir dari ceritamu. Itu cuma akhir dari bagian mereka di ceritamu.” - Faraaz Kazi.

*

Hamdan masih meragukan pesan yang dikirim Indah. Karena yang dipakai bukan nomer Indah. Mungkin saja orang lain yang mengatasnamakan Indah. Tapi Wiwin yakin itu Indah. Dia pakai nomer baru agar tidak bisa diketahui orang. Nomer lamanya dibuang karena pasti akan mudah dilacak. Sudah beberapa hari dia menghilang, mungkin dia bersembunyi di suatu tempat. 

"Ini justru kesempatan kita bisa menemukan Indah, Mas. Kita bisa bawa dia pulang. Kasihan orang tuanya kebingungan mencari dia," kata Wiwin.

"Jadi kamu mau temuin dia?" tanya Hamdan.

"Ya. Mungkin dia butuh pertolonganku."

"Kenapa kamu nggak telfon dia dan suruh datang ke sini?"

Wiwin mencoba menelepon nomer tersebut, tapi tidak diangkat. Wiwin lalu kirim pesan; kamu ke rumah ibu aja ya. Indah membalas; nggak bisa, Bu. Aku nggak mau dilihat orang. Kalo ibu nggak mau temuin aku ya udah... jangan harap bisa ketemu aku lagi... Wiwin jadi cemas membaca pesan Indah yang terkesan mengultimatum. Wiwin akhirnya mau memenuhi permintaan Indah.

"Indah nggak mau disuruh ke sini, Mas. Ya udah, kita ikutin maunya dia," ucap Wiwin.

"Aku temenin kamu. Aku nggak mau kamu nanti kenapa-napa di jalan. Di mana dia minta ketemu?" sahut Hamdan.

"Di batas kota dekat alas Kenongo."

"Jauh banget. Lagian ngapain dia malam-malam di tempat sepi itu? Aku dengar tempat itu angker. Jauh dari pemukiman."

"Namanya kabur dari rumah, pasti dia cari tempat yang jauh dari penglihatan orang. Ya udah, aku mau ganti baju dulu. Mas siapin motor."

Hamdan mengangguk. Wiwin masuk ke dalam kamar untuk berganti baju. Sementara Hamdan ke depan menyiapkan sepeda motor. 

***

Hutan Kenongo merupakan hutan lindung yang berada di batas kota sebelah timur. Orang setempat menyebutnya alas Kenongo. Alas artinya hutan. Lokasi ini cukup jauh dari pemukiman penduduk. Di alas Kenongo ini tidak banyak hewan liar, kecuali kera, ayam hutan, dan kijang. Hamdan berboncengan dengan istrinya menuju ke batas kota tak jauh dari alas Kenongo. Wiwin heran, kenapa Indah memilih tempat itu sebagai tempat pertemuan. Malam-malam lagi.

Sorot lampu sepeda motor menerangi sepanjang jalan aspal yang dilalui. Suasana di sisi kiri kanan jalan gelap dan sepi. Sesekali mereka melewati barisan rumah dan warung yang masih cukup ramai. Tapi selebihnya daerah yang dilewati kebanyakan sawah dan kebun. Tidak ada penerangan jalan, sehingga tampak gelap. Terkesan angker. Jalanan pun sepi, tak banyak kendaraan yang lewat. Dari rumah Wiwin ke batas kota kurang lebih berjarak 5 kilometer. Untuk mengisi waktu Wiwin mengajak suaminya ngobrol sepanjang jalan.

"Aku jadi penasaran, apa yang mau diomongin Indah," kata Wiwin.

"Mungkin soal kehamilannya. Dia pasti bingung apa yang harus dilakukan. Dia takut kalau ngomong sama orang tuanya," timpal Hamdan.

"Aku pikir juga begitu. Irsyad, pacarnya, sudah terang-terangan nggak mau mengakui kalau dia yang sudah menghamilinya. Bisa dibayangkan, bagaimana hancurnya Indah menanggung beban ini sendirian. Dia butuh bantuan."

Lihat selengkapnya