Nabi Muhammad saw bersabda; "Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita.” (HR Muslim)
*
Wiwin masih tak percaya duduk berhadapan dengan wanita agung yang sangat diidolakannya ini. Kedatangan Bu Darsih ke rumahnya bagai sebuah mimpi. Sudah lama dia merindukan bertemu wanita yang telah menginspirasi hidupnya. Berkat beliau, Wiwin bercita-cita menjadi guru. Wiwin terobsesi mengajar anak-anak di depan kelas dengan penuh kecerdasan dan keanggunan seperti yang dilakukan Bu Darsih. Hati Wiwin bergetar setiap kali membayangkan dirinya menjadi guru seperti Bu Darsih.
Walaupun usianya sudah kepala enam, tapi kharismanya belum pudar. Kulit wajahnya yang berhias keriput dan rambutnya yang memutih semua tak mengurangi keanggunan dan kecantikannya. Bahkan makin memancarkan aura kewibawaan dan kebijaksanaan. Wiwin terpukau memandangnya. Setelah dirinya lulus SD hingga kemudian pindah ke Jakarta, Wiwin memang belum pernah bertemu Bu Darsih. Karena beliau sendiri pindah tugas ke luar kota. Tapi Wiwin tak pernah lupa pada wajah guru idolanya itu.
"Apa kabar, Wiwin?" sapa Bu Darsih setelah dipersilakan duduk di ruang tamu.
"Alhamdulillah, baik, Bu. Ibu sendiri?" Balas Wiwin masih grogi.
"Alhamdulillah. Masih diberi kesehatan dan diberi kesempatan menikmati bonus umur." Bu Darsih tertawa kecil bergurau.
"Bagaimana kabar keluarga ibu? Ibu ke sini sendirian. Tidak sama bapak?"
"Suami ibu sudah meninggal setahun lalu..."
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Maaf, saya tidak tahu." Wiwin jadi menyesal karena menanyakan hal itu.
"Nggak apa-apa. Sejak bapak nggak ada, saya jadi bebas kemana-mana sendirian. Anak-anak sudah berkeluarga. Cucu saya sudah 5. Saya sudah pensiun dari PNS dua tahun lalu," kata Bu Darsih kalem.
"Jadi ibu sekarang sudah tidak mengajar?"
"Masih. Bagi ibu tidak ada kata pensiun untuk seorang guru. Saya pensiun dari pegawai negeri, tapi saya tidak pensiun dari kegiatan mengajar. Karena jiwa ibu adalah jiwa pendidik. Tugas pendidik adalah pengabdian. Tidak ada kata berhenti untuk sebuah pengabdian. Sampai akhir hayat ibu akan terus mengajar. Kebetulan ibu punya tabungan lumayan. Ibu mendirikan sekolah PAUD dan TK. Ibu ikut mengajar di sana. Ibu ingin mengabdikan tenaga dan pikiran ibu untuk membangun dan mencerdaskan generasi bangsa melalui dunia pendidikan," tutur Bu Darsih dengan penuh antusias.
"Ibu benar-benar hebat dan luar biasa. Saya jadi malu belum bisa berbuat apa-apa untuk dunia pendidikan," ucap Wiwin jadi merasa kerdil di hadapan Bu Darsih.
"Saya kebetulan ada acara pertemuan keluarga di sini. Saya dengar berita tentang kejadian yang sedang viral di kota ini. Semua orang ramai membicarakan seorang guru wanita bernama Wiwin yang berhasil membongkar kejahatan kepala sekolah SMP Bhakti Nusa. Saya langsung teringat murid SD saya bernama Wiwin dan penasaran apakah benar dia orangnya. Ternyata benar. Saya lalu ke sekolah itu mencarimu, tapi katanya kamu sudah tidak mengajar di sana. Kenapa?"
Wiwin diam tercenung. Dia bingung untuk menjawab. Ada rasa malu karena mudah menyerah. Padahal usianya masih muda. Di hadapannya duduk pejuang pendidikan yang tak pernah berhenti dan lelah menaburkan benih kebaikan untuk anak didiknya. Bu Darsih sosok guru sejati yang berjuang tanpa pamrih dan mengharap tanda jasa. Bahkan beliau rela berkorban menyumbangkan hartanya untuk mendirikan sekolah PAUD dan TK. Sementara dirinya belum ada seujung kuku berbuat sesuatu untuk pendidikan.