Raya dan Ruang Waktu 98

Dinda
Chapter #2

My Lovely School

Hari ini adalah hari senin dan hari senin adalah hari yang paling terasa berat daripada hari-hari yang lainnya. Bagaimana tidak? sebelum pelajaran kita akan upacara bendera setelah itu dilanjut dengan mata pelajaran matematika, kemudian ekonomi, lalu fisika dan ada pelajaran sejarah di menjelang waktu pulang, padat banget kan? Ya gitu deh. Tapi mari kita jalanin aja hehehe.

Waktu berjalan dan tanpa terasa kita sudah berada di jam istirahat kedua. Kali ini aku sedang bermain main dengan sahabatku, Cita. Aku berkata kepadanya, “Cita, aku akan meramal kejadian yang akan datang dan akan aku tulis di lembaran kertas ini." akupun mengambil selembar kertas dan menuliskan sesuatu di sana kemudian aku menyuruh Cita untuk menyimpan kertas yang sudah aku tulis tadi di saku bajunya.

“Nanti, baca itu ketika Pak Warto masuk ke kelas ya,” ucapku sambil mengedipkan sebelah mataku kepadanya.

Selanjutnya aku melihat paras wajah Cita yang imut itu dengan baik-baik dan seperti biasa yang membuatku bahagia adalah Cita tersenyum dengan hangat dan berkata “Oke Raya.” dengan sangat semangat kepadaku "Ya, sepertinya dia benar – benar sudah paham," ucapku di dalam hati.

Pak Warto adalah guru sejarah kita, beliau sabar dan baik namun sayangnya hal itu tidak membuatku berhenti untuk tidak menyukai pelajaran sejarah.

Jam istirahat telah usai, Pak Warto pun memasuki ruangan kelasku, setelah megucapkan salam aku menyuruh Cita membuka ramalanku tadi dan membacanya dengan pelan “Cita, sekarang, baca pelan pelan ya,” ucapku sedikit berbisik kepada Cita.

Citapun menganggukkan kepalanya tanda mengerti kemudian ia membaca surat itu dan bersamaan dengan itu pula Pak Warto berkata “Anak-anak, untuk pelajaran kali ini kalian baca bab empat dan lima ya, kemudian buatlah rangkuman versi kalian masing – masing, apabila belum selesai bisa dilanjutkan di rumah, pertemuan berikutnya bapak koreksi pekerjaannya ya.”

Aku terkekeh kecil melihat Cita dan Pak Warto mengucapkan hal yang sama persis dan begitupun juga Cita, ia juga turut terkekeh setelah membaca surat tersebut.

Ia pun berkata “Kamu selalu ada ada saja ya, Raya” pungkasnya.

Aku pun berkata kepada Cita “Aku hebat kan, Cita?”

kemudian Cita pun menjawabku sambil masih tertawa kecil “Ya, Raya, kamu hebat sekali, mama papamu pasti bangga.”

 Aku makin terkekeh mendengar jawaban Cita.

Aku merasa capek sekali hari itu, aku tidak tahu kenapa malas sekali merangkum dan menulis sejarah ini, sebenarnya aku suka dengan sejarah, aku suka ketika nenekku menceritakan sejarah, aku hanya tidak suka membaca dan menulis, rasanya merepotkan sekali.

Lihat selengkapnya